Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) membantah tuduhan sejumlah pihak bahwa biodiesel mengganggu pasokan minyak goreng domestik.
Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan menjelaskan berdasarkan data bulanan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) per 20 April 2022, stok minyak sawit di dalam negeri dari Januari sampai Februari mencapai 5,04 juta ton. Jumlah ini berasal dari stok awal (4,12 juta ton) ditambah produksi CPO/PKO (8,06 juta ton) setelah dikurangi konsumsi lokal (2,88 juta ton) dan ekspor (4,27 juta ton).
Untuk konsumsi lokal, penggunaan sawit untuk pangan (minyak goreng) sebanyak 1,56 juta ton dan pemakaian untuk biodiesel sebanyak 2,1 juta ton.
“Biodiesel tidak mengganggu penggunaan sawit untuk minyak goreng. Pada 2022, total produksi sawit nasional mencapai 52 juta ton. Sementara itu, kebutuhan sawit untuk biodiesel 8,4 juta ton. Ini artinya, pasokan sawit sangat mencukupi kebutuhan untuk pangan dan energi,” kata Paulus dalam keterangan tertulisnya, Selasa (10/5/2022).
Berdasarkan data APROBI, penyaluran B30 sebanyak 8,43 juta kiloliter pada 2020. Capaian sepanjang 2021 mencapai 8,44 juta kiloliter. Pada 2022, alokasi penyaluran B30 diproyeksikan sebesar 10,15 juta Kiloliter.
Paulus mengatakan penggunaan minyak sawit untuk biodiesel sebesar 15 persen dari total produksi sawit nasional yang mencapai 48,09 juta ton pada 2021. Selanjutnya memasuki tahun ini, pemakaian minyak sawit untuk biodiesel diprediksi menjadi 17 persen. Sebagian besar konsumsi sawit di dalam negeri digunakan untuk kebutuhan makanan, terutama minyak goreng.
“Biodiesel menjadi bagian untuk mempercepat program transisi energi nasional. Pengembangan energi berbasis sawit terus berjalan seperti biohidrokarbon. Dari pengembangan biohidrokarbon dapat menghasilkan gasoline dan bahan bakar pesawat terbang berbasis sawit,” urai Paulus.
Dari aspek lingkungan, kontribusi penggunaan B30 dapat menekan emisi gas rumah kaca sebesar 22,59 juta ton CO2 sepanjang 2021. Program B30 sangat efektif bagi kebutuhan prioritas nasional untuk mengurangi emisi sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil, khususnya di sektor transportasi.
Pemanfaatan biodiesel juga menghemat devisa negara. Paulus mengatakan program B30 menekan pengeluaran negara sebesar US$3,8 miliar dari impor solar. Indonesia secara bertahap mengurangi impor solar semenjak program bioenergi/biodiesel dijalankan sampai saat ini B30.
Mandatori biodiesel juga efektif meningkatkan serapan sawit domestik ketika terjadi pelemahan permintaan di pasar global. Paulus mengatakan penggunaan biodiesel membantu peningkatan kesejahteraan petani setelah adanya keseimbangan antara konsumsi domestik dan ekspor.
Dampak positifnya adalah stabilitas harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani di dalam negeri. Bahkan semenjak tahun lalu hingga Maret kemarin, harga TBS petani rerata di atas Rp3.000/kilogram.
“Tidak benar kalau dikatakan biodiesel menguntungkan korporasi. Di lapangan, program ini juga menopang kenaikan harga buah sawit petani,” ujarnya.
Paulus optimistis program biodiesel berada di jalur positif sepanjang tahun ini dengan adanya komitmen kuat pemerintah dan dukungan pemangku kepentingan industri. Komitmen pemerintah dapat terlihat dari program uji B40 yang tetap berjalan di tahun ini.
“Indonesia telah menempati posisi sebagai konsumen terbesar biodiesel. Kontribusi biodiesel juga memberikan manfaat nyata bagi bangsa ini. Peluang ini tidak boleh disia-siakan karena biodiesel menjadi bagian dari kedaulatan energi,” kata dia.
Dia menuturkan, penggunaan bioenergi khususnya biodiesel mempunyai peranan strategis dalam kebijakan transisi energi fosil menuju terbarukan. Seiring dukungan kebijakan pemerintah, konsumsi biodiesel mempunyai tren positif sepanjang sepuluh tahun terakhir.
“Produksi biodiesel mengalami pertumbuhan pesat dalam 16 tahun terakhir. Total kapasitas produksi terpasang mencapai 16,6 juta kiloliter sampai 2021,” ujarnya.