Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memperingatkan akan adanya resesi global dalam 2 tahun ke depan seiring dengan tingginya inflasi dan pengetatan kebijakan bank sentral.
Dilansir Bloomberg, dalam pidato May Day, Lee mengungkapkan peperangan Rusia di Ukraina telah membayang-bayangi proyeksi pemulihan pasca-Covid bagi Singapura, meskipun negara optimistis dengan hati-hati pada awal tahun ini.
"Rakyat Singapura sudah merasakan dampak perang pada biaya hidup [dengan kenaikan harga energi hingga 8 miliar dolar Singapura atau US$5,8 miliar per tahun," ujar Lee, Minggu (1/5/2022).
Dia juga mengatakan Singapura harus bersiap menghadapi tantangan ekonomi tersebut karena inflasi akan tetap tinggi dan bank-bank sentral di dunia memperketat kebijakan moneter mereka.
Singapura telah kembali ke rutinitas sebelum Covid-19 dengan membuka kembali aturan pembatasan perjalanan. Negara ini juga telah menunjukkan sinyal untuk memperlakukan virus sebagai endemi.
Sebelumnya, Singapura juga telah mencabut penggunaan aplikasi pelacakan kontak dekat dan lokasi orang yang terinfeksi virus pada 26 April.
Baca Juga
Pidato tersebut juga menandai pidato nasional besar pertama Lee sejak Partai Aksi Rakyat yang berkuasa menunjuk Menteri Keuangan Lawrence Wong untuk menggantikannya sebagai perdana menteri berikutnya.