Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Kehadiran Ritel Minimarket di Destinasi Turut Bantu Kembangkan Pariwisata

Idealnya untuk melayani wisatawan, setidaknya tersedia infrastruktur pendukung seperti ritel level toko kelontong yang modern.
Pantai Nglambor merupakan salah satu destinasi snorkeling di kawasan pesisir selatan Yogyakarta. /jamelatour.co.id
Pantai Nglambor merupakan salah satu destinasi snorkeling di kawasan pesisir selatan Yogyakarta. /jamelatour.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menilai kehadiran ritel modern segmen minimarket atau toko kelontong di destinasi wisata dapat mengembangkan pariwisata itu sendiri.

Bagaimana tidak, para wisatawan yang berkunjung pastinya mengharapkan kemudahan dalam mendapatkan kebutuhan sehari-hari. Menurut Faisal, sepanjang permintaan ada, mestinya peluang untuk berkembang juga besar.

“Kalau ada ritel modern, misal di daerah wisata yang agak jauh dari kota, beberapa sudah ada yang mulai tumbuh. Minimarket disitu akan membantu perkembangan wisata di daerah tersebut,” ujar Faisal, Rabu (27/4/2022).

Para peritel dapat memilih dan membandingkan daerah mana yang memiliki banyak turis dan kebutuhan yang tinggi. Sehingga fasilitas minimarket akan memudahkan wisatawan dalam mendapatkan kebutuhan selama dia berwisata.

“Daerah wisata seperti Labuan Bajo atau Raja Ampat sangan butuh saya rasa, kalau ada fasilitas minimarket akan membantu pengembangan wisata wilayah tersebut,” ungkap Faisal.

Pengamat Ritel Yongky Susilo melihat keterikatan antara ritel dengan pariwisata yang sangat erat. Seharusnya, untuk melayani wisatawan, setidaknya tersedia infrastruktur pendukung seperti ritel level toko kelontong yang modern.

“Karena ritel sama pariwisata ini gandengan sebenarnya. Kalau di tempat wisata harus tersedia infrastruktur, toko-toko,” kata Yongky, Rabu (27/4/2022).

Sementara, bila melihat destinasi wisata yang terletak di bagian Timur Indonesia, masalah distribusi masih menjadi tantangan besar bagi kehadiran ritel tersebut. Dominasi pabrik yang berada di pulau Jawa membuat biaya pengiriman ke pulau-pulau tersebut butuh kocek yang cukup dalam.

Butuh perencanaan dan perhitungan matang untuk dapat membuka gerai di wilayah tersebut. Yongky menyampaikan peritel harus memikirkan konsep yang cocok bagi kota-kota tersebut.

“Biasanya satu gudang itu untuk melayani sekitar 400 minimarket, apakah di sana jumlahnya akan segitu di sana? Mesti dipikirkan formatnya yang benar. Kalau minimarket tidak memungkinkan, mungkin bisa dibuka level supermarket, dua atau tiga unit mungkin cukup di satu wilayah,” ujar Yongky.

Sementara Papua yang cukup besar wilayahnya, Yongky yakin banyak potensi untuk menambah gerai, namun perlu diperhitungkan secara ketat untuk level minimarket. Saat ini, lanjut Yongky, yang dapat bertahan di Papua adalah gerai Hypermart yang berhasil eksis dan menyasar kelas menengah ke atas.

Dia yakin para peritel pasti sudah memiliki rencana untuk dapat hadir di berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan berdasarkan data yang disampaikan Yongky, tingkat pertumbuhan penjualan lebih banyak terjadi di wilayah Tengah dan Timur Indonesia.


“Karena kalau cek data, sisi ekonomi dari growth dari penjualan semua itu growth-nya di wilayah Tengah dan Timur. Di sana mereka pengadaan komoditas masih meriah. Kalau di Jawa ini sudah lebih ke lifestyle,” jelas Yongky yang juga Senior Advisor Eyos, salah satu platform pengelola bisnis ritel. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper