Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi global terancam melambat akibat dampak dari perang Rusia dan Ukraina.
Dia menyampaikan, berdasarkan asesmen International Monetary Fund (IMF), kondisi ekonomi global menghadapi tekanan baru yang sangat tidak mudah karena tensi geopolitik yang semakin meningkat.
IMF pun kembali melakukan revisi ke bawah angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini, dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen.
“Ini menimbulkan tekanan risiko yang makin besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia terlihat cukup tajam,” katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (20/4/2022).
Sri Mulyani mengatakan, kondisi ini menggambarkan momentum pemulihan ekonomi global mengalami tekanan yang sangat berat.
Di satu sisi, kondisi perekonomian dipengaruhi eskalasi geopolitik dan dampaknya menyebabkan kenaikan harga komoditas yang signifikan.
Di sisi lain, kenaikan harga komoditas pun menimbulkan ancaman pada meningkatnya tekanan inflasi, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Tingkat inflasi di negara maju bahkan diperkirakan akan mencapai 5,7 persen pada tahun ini, dari perkiraan sebelumnya 3,9 persen.
Demikian juga proyeksi untuk negara berkembang, di mana inflasi tahun ini diperkirakan akan mencapai level 8,7 persen, melonjak dari perkiraan sebelumnya 5,9 persen.