Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 4,5-5,5 Persen pada Kuartal I/2022

Pertumbuhan ekonomi utamanya disebabkan oleh dorongan ekspor dan impor
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2022 berada di kisaran 4,5 hingga 5 persen. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 dapat mencapai 4 hingga 5 persen.

Faisal mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut utamanya disebabkan oleh dorongan ekspor dan impor.

"Sebagaimana yang terjadi trennya sudah dari paruh kedua 2021, dorongannya adalah karena ekspor, eskpornya adalah karena komoditas, komoditasnya dipengaruhi oleh harga," kata Faisal dalam CORE Media Discussion, Selasa (19/4/2022).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekspor Indonesia pada Maret 2022 meningkat menjadi US$26,50 miliar atau 44,36 persen (year-on-year/yoy) dari 34,14 persen yoy pada Februari 2022.  

Pertumbuhan ekspor yang meningkat ini menyebabkan neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus US$4,53 miliar pada Maret 2022.

Tak hanya dari sisi ekspor, impor pun juga mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik yang sudah lebih sehat. Tercatat, pertumbuhan impor pada Maret 2022 menguat menjadi US$21,97 miliar atau  30,85 persen yoy dari 25,43 persen pada bulan sebelumnya.

"Kita lihat pertumbuhan impor migas itu lebih tinggi dibandingkan  dengan non migas sejak 2021. Jadi artinya dorongan impor ini selain karena volume juga ada faktor harga, karena harga minyaknya juga naik," ujarnya.

Kontribusi dari konsumsi domestik juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan, perlambatan konsumsi rumah tangga pada kuartal I/2022 ketika terjadi lonjakan varian Omicron lebih baik jika dibandingkan dengan dengan kuartal III/2021 ketika terjadi lonjakan varian Delta.

"Di kuartal I/2022 ini sudah lebih milld dampaknya terhadap konsumsi rumah tangga walaupun tetap belum full swing," ungkapnya.

Kendati demikian, Faisal memperingatkan tidak mudah mencapai pertumbuhan 5 persen jika pertumbuhan ekonomi yang belum full swing dihantam lagi dengan inflasi.

"Kalau kemudian kondisi ini belum full swing pertumbuhan ekonominya, dihantam lagi dengan inflasi, ini kemungkinan untuk mencapainya lebih susah. Jadi dorongan inflasi ini perlu diperhatikan kedepannya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper