Bisnis.com, JAKARTA - Danareksa Research Institute (DRI) memperkirakan inflasi di tahun 2022 akan meningkat antara 3,47 hingga 3,82 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kepala Ekonom DRI Rima Prama Artha menyampaikan, meskipun terjadi peningkatan yang cukup tinggi, inflasi berada di rentang yang ditargetkan oleh Bank Indonesia yaitu pada kisaran 2 hingga 4 persen pada 2022.
Lebih lanjut dia menyampaikan, inflasi inti diperkirakan berada di kisaran 3,54 hingga 3,90 persen pada 2022, diikuti inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah (Administered Prices) di kisaran 2,59 hingga 2,85 persen dan inflasi komponen bergejolak (volatile food) di kisaran 3,99 hingga 4,39 persen.
Inflasi yang meningkat tersebut kata Rima dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas makanan pokok dan energi antara lain BBM non subsidi seperti Pertamax, minyak goreng dan LPG non subsidi.
Tak hanya itu inflasi yang meningkat tersebut juga dipengaruhi oleh naiknya tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen.
"Kami juga melakukan simulasi ya dampak dari PPN menjadi 11 persen bisa meningkatkan inflasi namun tidak besar hanya sekitar 0,2 sampai dengan 0,4 persen," kata dia dalam talkshow Tinjauan Ekonomi, Keuangan dan Fiskal, dikutip Jumat (15/4/2022).
Baca Juga
Rima juga memprediksi produk domestik bruto (PDB) di kuartal I/2022 masih cukup positif, yakni berada di kisaran 4,7 sampai 5,21 persen. Sementara secara tahunan, PDB di 2022 berada di 4,66 hingga 5,31 persen yoy dan akan terus meningkat di 2023.
Kemudian untuk suku bunga, dia mengatakan, karena adanya tekanan pengetatan moneter di seluruh dunia, Rima memproyeksi suku bunga mulai kuartal III/2022 dan kuartal IV/2022 mungkin akan mengalami peningkatan.