Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas dan Bahan Pokok Naik, INDEF: Waspada Inflasi

Harga-harga komoditas dan bahan pokok yang mengalami peningkatan dikhawatirkan dapat mendorong inflasi.
Seorang pengunjung memilih minyak goreng yang dijual di supermarket di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (23/12/2021). /Antara Foto-Jessica Helena Wuysang-hp.rn
Seorang pengunjung memilih minyak goreng yang dijual di supermarket di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (23/12/2021). /Antara Foto-Jessica Helena Wuysang-hp.rn

Bisnis.com, JAKARTA - Harga-harga komoditas dan bahan pokok mengalami peningkatan sejak beberapa waktu lalu sehingga memperbesar risiko tekanan inflasi. Bahkan, peningkatan harga tersebut sudah terjadi sejak akhir tahun lalu.

Kepala Center of Digital Economy and SME’s INDEF Eisha M Rachbini menyampaikan, kenaikan harga-harga komoditas dan bahan pokok disebabkan oleh dua hal.

Pertama, bermula dari pandemi Covid-19 yang memberikan dampak negatif terhadap perekonomian, dimana semua aktivitas ekonomi dan sosial terhenti.

Dia menjelaskan, setelah meredanya pandemi Covid-19, permintaan yang berangsur pulih dari konsumen akan komoditas minyak goreng belum disambut memadai oleh sisi suplai

Hal itu, kata dia terjadi lantaran kecepatan demand tidak dapat diimbangi oleh faktor produksi di industri karena masih terhambat akibat terhentinya produksi akibat pandemi.

"Kedua, terjadi disrupsi supply chain, di mana selama pandemi terjadi layoff shipping firm yang mengganggu distribusi barang di seluruh dunia. Akibatnya suplai terhambat dan tidak memenuhi permintaan pasar barang dan jasa yang mulai berangsur pulih," kata Eisha dalam webinar, dikutip Jumat (15/4/2022).

Ditambah lagi, dengan adanya konflik antara Rusia dan Ukraina yang pecah pada Februari lalu dimana langsung mendorong beberapa harga komoditas, salah satunya minyak bumi yang mencapai di atas US$100 per barel.

Demikian pula dengan harga komoditas lain seperti crude palm oil (CPO), batubara dan nikel.

Sebagai informasi, Rusia merupakan ekposter dari minyak bumi dan metal manufacturing seperti nikel, batubara serta bahan baku fertilizer.

Kemudian, di sisi bahan pokok, Rusia dan Ukraina merupakan eksportir dari gandum, sehingga perang kedua negara tidak hanya berdampak kepada kenaikan harga-harga komoditas, namun juga pada harga bahan baku makanan.

"Ini yang menjadi risiko kedepan kalau misalnya harga-harga bahan pokok  dan energi itu semakin meningkat dan tidak terkontrol, itu akan mendorong inflasi kita," ujarnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, dari sisi konsumen, apabila inflasi tinggi di tengah masa pemulihan saat ini, akan berdampak terhadap daya beli masyarakat. Masyarakat memilih untuk menghemat, yang artinya penghematan tersebut dapat berdampak terhadap konsumsi secara keseluruhan.

Kemudian dari sisi dunia usaha, sektor industri dan bisnis, inflasi yang tinggi akan berdampak pada harga bahan baku.

"Beban harga produksi pada industri menjadi meningkat. Listrik, LPG, BBM. Cost structure yang meningkat dengan demikian akan menyebabkan harga produk akhir juga meningkat, dan dapat mendorong inflasi," jelasnya.

Dia menjelaskan, ketika cost structure naik, appetite untuk berinvestasi kembali akan berkurang, karena modal industri menjadi terbatas.

Ketika sisi konsumsi dan investasi, dua komponen pada pembentukan produk domestik bruto (PDB) terganggu, maka akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, Eisha menyarankan agar pemerintah perlu memprioritaskan masyarakat berpendapatan rendah, dengan menjaga daya beli masyarakat terutama ketika harga-harga meningkat.

"Subsidi berfungsi agar masyarakat tidak jatuh lebih dalam kepada kemiskinan. Meski itu artinya, subsidi pemerintah akan naik dan beban anggaran pemerintah bertambah," kata Eisha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper