Bisnis.com, JAKARTA — Institute For Development of Economics and Finance (Indef) menilai kebijakan teranyar pemerintah untuk memberikan subsidi pada minyak goreng curah belakangan menimbulkan permasalahan yang serius dari sisi produsen. Konsekuensinya, harga minyak goreng curah masih jauh dari ketetapan harga eceran tertinggi atau HET sebesar Rp14.000.
Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan subsidi yang diberikan pemerintah untuk minyak goreng curah bersifat datar atau flat sementara harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku masih fluktuatif di pasar dunia. Subsidi itu, kata Heri, berbeda dengan yang diberikan pada program mandatori biodiesel atau B30.
“Subsdinya itu kan flat untuk minyak goreng curah sementara biaya produksi untuk minyak goreng bisa berbeda-beda tergantung bahan baku dan ongkos produksi,” kata Heri melalui sambungan telepon, Rabu (6/4/2022).
Dengan subsidi yang datar itu, kata Heri, harga minyak goreng curah masih tertahan tinggi di tengah pasar. Malahan, menurut dia, stok minyak goreng di sejumlah pasar masih relatif terbatas.
“Kebijakan yang ada saat ini tidak menginsentif produsen yang membuat penyelewengan, harga minyak goreng curah tetap tinggi karena biaya produksi yang juga tinggi,” tuturnya.
Dengan demikian, dia meminta pemerintah untuk menerapkan subsidi minyak goreng yang lebih fleksibel mengikuti fluktuasi harga bahan baku alias CPO dunia. Langkah itu dinilai dapat meyakinkan produsen untuk memenuhi kebutuhan konsumsi minyak goreng curah yang mencapai 2,4 juta kiloliter (kl) pada tahun ini.
Baca Juga
“Kenyataannya sekarang minyak goreng curah masih langka daripada mengantri masyarakat sekarang membeli minyak goreng kemasan yang lebih mahal jadi masyarakat tidak mendapatkan haknya,” kata dia.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan minyak goreng curah bersubsidi sudah beredar di pasaran sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000 per liter. Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan hingga Rabu (30/3/2022), sudah sebanyak 73 produsen minyak goreng mendaftar di Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) untuk mengikuti skema subsidi. Sehingga dia memastikan dalam hitungan hari, minyak goreng dengan HET bisa diedarkan ke masyarakat.
"Ini sudah mulai didorong. Mudah-mudahan sampai dengan akhir minggu ini semua daerah sudah mencukupi, dan sebelum tanggal 4 April, mulai memasuki [bulan] puasa, kami harapkan kepada para pelaku usaha sudah menyuplai minyaknya dua kali dari kebutuhan nasional," kata Putu dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/3/2022) malam.
Jika kebutuhan nasional sekitar 7.000 ton per hari, maka industri diharapkan dapat berproduksi dan menyuplai pasar dengan 14.000 ton per hari. Adapun, komitmen penyaluran berdasarkan nomor registrasi yang terbit di SIINas mencapai 15.252 ton per hari dari 71 perusahaan.