Bisnis.com, JAKARTA - Produsen farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) mewaspadai dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap aliran bahan baku obat khususnya yang berasal dari Eropa.
Meski demikian, Direktur Utama Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan sejauh ini belum ada gangguan dari sisi suplai bahan baku obat (BBO). Termasuk sebagai buntut dari meluasnya lockdown di China karena lonjakan kasus Covid-19 di negara itu.
"Perlu waspada tambahan issue karena perang di Ukraina bisa menambah kesulitan suplai dan perkapalan atau logistik," kata Vidjongtius kepada Bisnis, Rabu (6/4/2022).
Dia melanjutkan, kondisi naik turunnya kasus Covid-19 di dalam negeri juga mendorong perseroan untuk mengamankan pasokan bahan baku sejak akhir tahun lalu.
Selain dari China, Kalbe Farma juga mendatangkan bahan baku dari India, Eropa, dan Amerika. Adapun, untuk BBO dalam negeri Kalbe juga sudah mulai menerima pasokan dari PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia. Selain itu, sebagian lagi diproduksi sendiri oleh perseroan.
"Benar bahwa kami sudah lebih siap karena belajar selama dua tahun ini dari dampak Covid," ujarnya.
Baca Juga
Hingga kini industri farmasi domestik masih sangat bergantung pada bahan baku impor sebesar lebih dari 90 persen. Produksi sejumlah BBO oleh Kimia Farma Sungsun Pharmacopia (KFSP) diperkirakan mampu menurunkan importasi berkisar 6 persen hingga 7,5 persen, jika dimanfaatkan secara optimal oleh industri farmasi.
Serapan BBO dalam negeri yang semula menjadi tantangan kini terdorong kebijakan penggunaan produk dalam negeri (PDN). Presiden Direktur KFSP Pamian Siregar mengatakan Kementerian Kesehatan saat ini aktif mendorong proses pengalihan sumber BBO dalam negeri oleh industri farmasi.
Bahkan, lanjutnya, Kemenkes memberikan fasilitasi pendanaan untuk uji bio ekuivalensi kepada industri farmasi yang melakukan pengalihan sumber bahan baku.