Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah harus mempersiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi Pertalite untuk menghindari kelangkaan, seperti yang terjadi di sejumlah SPBU di Indonesia baru-baru ini.
Kelangkaan itu disebabkan oleh peningkatan konsumsi Pertalite akibat kenaikan harga Pertamax menjadi Rp12.500 - Rp13.000 per liter dari sebelumnya Rp9.000 - Rp9.400 per liter.
Data Pertamina per 27 Maret 2022 menunjukkan stok Pertalite nasional adalah 1,16 juta kilo liter (kL) sehingga dapat bertahan hingga 15,7 hari ke depan. Stok tersebut merupakan akumulasi stok pada Terminal BBM, kilang, dan in-transit kapal.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menjelaskan pemerintah sebaiknya memberi ketentuan mengenai pihak-pihak yang berhak menggunakan Pertalite agar konsumsi Pertalite tepat sasaran dan tidak memicu kelangkaan.
“Pemerintah harus membuat ketentuan siapa yang boleh dan tidak boleh pakai [Pertalite]. Misalnya yang boleh untuk kendaraan roda 2, angkutan umum. Untuk kendaran PNS dan BUMN diharapkan untuk tidak menggunakan Pertalite. Selain itu juga, untuk mobil mewah dan keluaran baru juga untuk tidak mengisi Pertalite karena tidak sesuai dengan mesin mereka,” papar Mamit kepada Bisnis, Senin (4/4/2022).
Adapun menurut pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi, Pertamina seharusnya menyediakan buffer stock sebagai cadangan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan Pertalite.
“Selain melakukan prediksi berapa kebutuhan [Pertalite] hingga lebaran nanti, Pertamina, didorong oleh Kementerian ESDM harus mempersiapkan buffer stock atau safety stock [Pertalite]. Sehingga stok tersebut dapat digunakan ketika terjadi lonjakan permintaan, agar tidak terjadi kelangkaan,” terang Fahmy kepada Bisnis, Senin (4/4/2022).
Untuk memperoleh buffer stock tersebut, Fahmy mengatakan Pertamina perlu menambah impor BBM dari berbagai negara. Akan tetapi, kondisi geopolitik negara asal impor BBM perlu menjadi pertimbangan.
“Jangan sampai Pertamina mengimpor BBM dari negara yang berkonflik, karena akan menyebabkan keterlambatan dan hambatan lain yang tentu berpengaruh pada cost,” tandasnya.