Bisnis.com, JAKARTA - Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira menilai seruan keluarnya Rusia dari anggota G20 memiliki implikasi serius.
Pertama, China, India dan Arab Saudi diperkirakan akan memveto ajakan AS dan negara anggota G7 yaitu Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Inggris dan Jepang.
Bhima mengatakan masalah antara Rusia dan negara Barat akan melebar lantaran melibatkan negara lain yang memiliki sikap politik berbeda.
"Kedua, dalam kondisi terus didesak, China bisa saja meninggalkan forum G20 atau bahkan mengajak negara lain untuk tidak menghadiri G20 karena dianggap terlalu AS-sentris," kata Bhima kepada Bisnis, Minggu (27/3/2022).
Selanjutnya, Bhima menjelaskan bahwa absennya Rusia akan menyulitkan posisi Indonesia. Sebab bagaimanapun, momentum G20 digunakan Indonesia untuk menjadi jembatan terhadap blok Rusia dan blok Barat.
Apabila Rusia absen dari G20, maka kesempatan Indonesia menjadi juru runding dalam konflik Ukraina bisa pupus. Padahal, kata Bhima, G20 bisa dimanfaatkan untuk mendinginkan suasana karena fokus saat ini adalah penanganan pandemi, stabilitas moneter dan pembiayaan hijau, bukan konflik perang.
Baca Juga
"Tanpa hadirnya Rusia, forum G20 sama sekali tidak memiliki dampak apapun," ungkapnya.
Oleh karena itu, Bhima menyarankan agar Indonesia lebih proaktif untuk berkomunikasi dengan pihak Rusia. Dia menambahkan, G20 dapat berjalan kondusif jika Rusia menghentikan agresi militer ke Ukraina.
"Pesan bahwa stabilitas geopolitik penting untuk fokus ke permasalahan ekonomi harus disampaikan oleh Indonesia," ujarnya.
Presiden AS Joe Biden beberapa waktu lalu mendesak agar Rusia dikeluarkan dari aliansi G20, sebagai hukuman atas invasi Rusia ke Ukraina.
AS bersama Uni Eropa dan Inggris juga telah memberlakukan sanksi ekonomi yang keras terhadap bank, bisnis, dan oligarki Rusia selama sebulan terakhir.
Kendati demikian, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan langkah terbaru yang dilakukan AS dan sekutunya untuk mengisolasi Rusia dari panggung dunia tidak akan memberikan dampak buruk.
“Format G20 penting, tetapi dalam situasi saat ini, ketika sebagian besar peserta berada dalam keadaan perang ekonomi dengan kami, tidak ada hal buruk yang akan terjadi,” kata Peskov kepada wartawan, melansir Independent, Minggu (27/3/2022).
Keinginan AS dan negara sekutu untuk mendepak Rusia dari G20 seperti mengulang kembali G8. Sebagai informasi, G7 adalah G8 sampai 2014 lalu. Namun, Rusia dikeluarkan dari kelompok tersebut sebagai hukuman atas pencaplokan Krimea dari Ukraina di 2014.