Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alibaba Habiskan Rp128 Triliun Buat Buyback Saham, Dampaknya Tak Signifikan

Saham Alibaba memang melonjak 9,8 persen menjadi HK$108,80 di Hong Kong pada Selasa, setelah buyback saham diumumkan. Tapi, itu masih jauh dari puncak HK$267 pada tahun lalu.
Pejalan kaki melewati kantor pusat Alibaba Group Holding Ltd. di Hangzhou, China, Sabtu (8/5/2021)./Bloomberg-Qilai Shen
Pejalan kaki melewati kantor pusat Alibaba Group Holding Ltd. di Hangzhou, China, Sabtu (8/5/2021)./Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA – Raksasa e-commerce China, Alibaba Group Holding Ltd telah mengabiskan miliaran dolar AS untuk melakukan buyback saham di Bursa Hong Kong.  Namun, hal tersebut ternyata tak banyak membantu mengangkat harga sahamnya.

Mengutip Bloomberg, Selasa (22/3/2022), saham Alibaba diperdagangkan sekitar 60 persen lebih rendah dari posisi puncak tahun lalu, bahkan setelah perusahaan mengerahkan lebih dari US$9 miliar atau setara Rp128,70 triliun (asumsi kurs Rp14.300) untuk membeli kembali sahamnya, menurut perhitungan Bloomberg.

Perusahaan yang berbasis di Hangzhou itu mengumumkan rencana pada Selasa untuk meningkatkan rencana pembelian kembali menjadi US$25 miliar dari semula US$15 miliar, peningkatan ketiga sejak tindakan keras otoritas Beijing kepada perusahaan teknologi yang dimulai pada akhir 2020.

Kinerja saham yang lesu mencerminkan kekhawatiran yang tersisa tentang dampak tindakan keras China, yang hampir tidak menyentuh sudut bisnis inti Alibaba. Ini juga mencerminkan kelemahan yang lebih luas dalam pasar saham China, di mana wabah virus baru dan pertumbuhan ekonomi yang melambat telah melukai sentimen pertumbuhan.

Saham Alibaba memang berhasil melonjak sebanyak 9,8 persen menjadi HK$108,80 di Hong Kong pada Selasa setelah pembelian kembali diumumkan. Tapi, itu masih jauh dari puncak HK$267 yang dicapai pada Februari tahun lalu. Kerugian saham dengan menyusutnya kapitalisasi pasar sebesar US$450 miliar adalah yang terbesar di dunia setelah rekan sejawatnya Tencent Holdings Ltd., menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Alibaba telah menghadapi sejumlah masalah termasuk hambatan ekonomi makro dan berlanjutnya pengetatan peraturan dari pemerintah China yang menyebabkan pihak berwenang memberikan denda antimonopoli US$2,8 miliar ke perusahaan pada tahun lalu.

Otoritas China kerap memperkenalkan aturan baru di seluruh industri teknologi, seringkali tanpa peringatan, selama 14 bulan terakhir. Pergerakan itu mengguncang kepercayaan investor dan menurunkan kapitalisasi pasar Alibaba secara fantastis.

Pada Selasa, Alibaba juga menunjuk Weijian Shan, ketua eksekutif grup investasi PAG yang berkantor pusat di Hong Kong, sebagai direktur independen, efektif 31 Maret 2022. Shan akan menjabat di komite audit dewan direksi. Dia akan menggantikan Börje Ekholm, CEO Ericsson, yang akan pensiun dari dewan direksi Alibaba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper