Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan minyak terbesar dunia Saudi Aramco membukukan kenaikan pendapatan lebih dari dua kali lipat pada 2021 setelah kenaikan harga minyak melampaui US$100 per barel.
Pendapatan naik menjadi US$110 miliar pada 2021, naik dari US$49 miliar pada setahun sebelumnya.
Aramco ditargetkan akan meningkatkan belanja modal hingga US$40 miliar - US$50 miliar pada tahun ini. Angka itu lebih besar dari US$32 miliar pada 2021.
Perusahaan akan meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah menjadi 13 juta barel per hari dari 12 juta barel hingga 2027. Aramco juga mencoba untuk meningkatkan output gas lebih dari 50 persen pada 2030.
“Investasi baru yang substansial diperlukan untuk memenuhi pertumbuhan permintaan, terhadap penurunan yang lebih luas dalam investasi hulu di seluruh industri secara global,” kata Aramco, dilansir Bloomberg pada Minggu (20/3/2022).
Dividen pada tahun lalu dipertahankan pada US$75 miliar. Beberapa analis memperkirakan kenaikan, termasuk Morgan Stanley. Perbankan Wall Street mengatakan Aramco memiliki ruang yang cukup untuk meningkatkan pembayaran dividen hingga US$94 miliar.
Kendati demikian, Aramco sudah menyiapkan satu saham bonus setiap 10 saham yang dimiliki investor. Saham perusahaan naik 3,6 persen pada pukul 10.40 pagi waktu Riyadh menjadi 43,35 riyal.
Laporan kinerja perusahaan disusul dengan kejadian penyerangan kilang minyak Aramco di Jazan oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran pada Minggu pagi.
Menurut Kantor berita resmi Saudi Press Agency (SPA), fasilitas Aramco diserang oleh drone sarat bahan peledak. SPA juga melaporkan bahwa serangan musuh lainnya yang menargetkan pabrik gas cair Aramco di kota pelabuhan Laut Merah Yanbu telah digagalkan.
Chief Executive Officer Aramco Amin Nasser mengatakan serangan tersebut tidak berdampak pada operasional Aramco.