Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah kapal kontainer yang menunggu di Qingdao, salah satu pelabuhan terbesar di China, terus meningkat karena negara kembali memperketat kebijakan Nol Covid setelah kenaikan jumlah kasus di bulan ini.
Pengetatan di China menambah lebih banyak penundaan pada rantai pasokan global yang belum sepenuhnya pulih.
Sekitar 72 kapal terlihat dari pelabuhan Qingdao di Shandong pada hari Senin (14/3/2022). Jumlah ini hampir dua kali lipat dari jumlah pada akhir Februari, menurut data pengiriman yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Meningkatnya penundaan di sana dan di bagian lain China diperkirakan akan menaikkan tarif pengiriman.
Meskipun biasanya ada penumpukan kapal yang ingin memasuki China setelah liburan Tahun Baru Imlek, volume tahun ini diperburuk oleh penguncian yang bertujuan untuk mengekang wabah virus Corona jenis baru.
“Wabah virus muncul di berbagai bagian China, dan tindakan penguncian tampaknya tidak efektif karena penularan varian baru lebih tinggi,” kata Salmon Aidan Lee, Kepala Poliester di konsultan energi Wood Mackenzie, seperti dilansir oleh Bloomberg.
Baca Juga
“Itu membuat kami menghadapi situasi yang memburuk dalam beberapa hari terakhir di Qingdao,” tambahnya.
Lee pun memperkirakan tarif pengiriman akan naik karena meningkatnya penundaan.
Ada juga penumpukan kapal yang terus bertambah dari pelabuhan Shanghai, Ningbo, dan Zhoushan di China.
Sebanyak 262 kapal mengantre di sana. Jumlah ini naik dari 243 minggu lalu.
Sementara itu, situasi di Shenzhen dan Hong Kong telah sedikit mereda, turun menjadi 162 kapal dari 208 pada 7 Maret.
Penyebaran cepat varian omicron di China meningkatkan tekanan pada rantai pasokan yang sudah tegang akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Jalur pelayaran seperti AP Moller-Maersk telah membatalkan layanan ke Rusia dan menghentikan beberapa pengiriman kereta api dari China ke Eropa.
China telah mengunci Shenzhen dan provinsi timur laut Jilin dalam upaya terbaru untuk menahan pandemi.
Kebijakan ini mengancam industri teknologi dan output manufaktur mobil yang terpusat di Shenzhen. Pelabuhan peti kemas Yantian, yang terbesar di Shenzhen, mengatakan bahwa operasi telah berjalan secara normal.