Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Pengumuman Suku Bunga Acuan BI, Ini Harapan Kadin

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) memperkirakan Bank Indonesia tetap mempertahankan tingkat BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI7DRR sebesar 3,5 persen.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) optimistis Bank Indonesia bakal tetap mempertahankan tingkat BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI7DRR sebesar 3,5 persen di tengah sentimen konflik Rusia-Ukraina dan kenaikan suku bunga acuan The Fed pada awal tahun ini. 

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Bobby Gafur Umar mengatakan hal itu tercermin dari asumsi makro ekonomi Indonesia yang relatif kuat di tengah inflasi global sepanjang triwulan pertama tahun ini. Menurut Bobby, sentimen global seperti Perang Rusia-Ukraina tidak berdampak langsung pada kinerja industri dalam negeri. 

Selain itu, Boby menambahkan kebijakan dalam negeri Indonesia relatif berhasil untuk menekan gejolak inflasi global yang kembali mendidih akibat perang di kawasan Eropa Timur tersebut. Kendati inflasi dalam negeri mulai kelihatan, dia menggarisbawahi kenaikan harga itu hanya terjadi pada komponen bahan baku industri dan konsumsi masyarakat. 

“Kalau suku bunga [BI7DRR] mau naik 25 basis poin [bps] saja maksimal lah, karena inflasi belum ada memang sudah mulai kerasa minyak goreng, cabe merah, bensin itu naik harganya tetapi kenaikannya bukan karena ekonomi heating,” kata Bobby melalui sambungan telepon, Rabu (18/3/2022). 

Kendati demikian, Bobby yakin pemerintah bersama dengan RDG bakal tetap mempertahankan tingkat BI7DRR di angka 3,5 persen pada awal tahun ini. Langkah itu mesti diambil untuk menjaga momentum Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang terus berada di level ekspansif sejak akhir tahun lalu. 

“Menurut saya kalau kecepatan suku bunga itu dinaikkan akan ada distorsi yang cepat bagi pemulihan ekonomi karena orang kan mau berinvestasi saat ini, mesti ada kapital, kalau kapital ketarik suku bunga acuan nanti likuiditas turun,” tuturnya. 

Dengan demikian, dia meminta pemerintah untuk tetap menjaga konsistensi kebijakan di tengah momentum pemulihan ekonomi nasional yang belakangan dibayang-bayangi inflasi bahan baku industri dan komoditas pangan. 

Sementara itu, Bank Sentral Amerika Serikat (the Fed) diperkirakan menaikan suku bunga acuan pada pertemuan FOMC pada Rabu waktu setempat.

Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan pertamanya sebesar 25 basis poin (bps). 

“Hal ini dilakukan karena tekanan inflasi di AS semakin besar terlebih di tengah harga energi yang meningkat,” katanya kepada Bisnis, Rabu (16/3/2022).

BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur pada Kamis (17/3/2022). Faiz memperkirakan, pada RDG bulan ini, BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper