Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Goreng Masih Mahal, Pemerintah Diminta Libatkan Bulog

Pemerintah didesak melibatkan Perum Bulog untuk menyerap minyak goreng murah dari produsen dan distributor menyusul adanya penimbunan dan spekulasi.
Seorang pengunjung memilih minyak goreng yang dijual di supermarket di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (23/12/2021). /Antara Foto-Jessica Helena Wuysang-hp.rn
Seorang pengunjung memilih minyak goreng yang dijual di supermarket di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (23/12/2021). /Antara Foto-Jessica Helena Wuysang-hp.rn

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah diminta untuk melibatkan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) untuk menyerap minyak goreng murah dari produsen dan distributor.

Pakar Agribisnis dari IPB University Bayu Krisnamurthi mengatakan langkah itu perlu dilakukan di tengah temuan adanya upaya penimbunan dan spekulasi minyak goreng menyusul melonjaknya harga minyak nabati akibat Perang Rusia dan Ukraina.

“Intervensinya mesti lewat operasi pasar, yang memang dijamin pasti sampai ke konsumen, baik rumah tangga maupun UKM,” kata Bayu melalui pesan WhatsApp, Selasa (8/3/2022).

Selain itu, Bayu mengingatkan, mesti ada insentif yang cukup bagi distributor kecil dan pengecer untuk tetap melanjutkan bisnis mereka di tengah implementasi harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng tersebut.

Alasannya, dia menuturkan distributor kecil dan pengecer di Surabaya menerima minyak goreng dengan harga Rp9.300 per liter. Selanjutnya, minyak goreng itu mesti dijual sebesar Rp10.500 per liter di Jember. Dengan demikian margin yang diterima distributor kecil itu hanya mencapai Rp1.200 per liter.

“Apakah margin itu cukup untuk menutupi biaya angkut, bongkar muat, pengemasan, tenaga kerja, dan keuntungan pengusahanya. Kalau tidak ada insentif, ya pedagang enggan,” kata dia.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi geram setelah mengetahui distributor menahan pasokan minyak goreng hasil domestic market obligation (DMO) yang menyebabkan harga komoditas strategis itu tertahan tinggi hingga pekan ini.

Lutfi membeberkan motif menahan pasokan itu dilatarbelakangi spekulasi jika pemerintah bakal mencabut ketentuan harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng akibat harga minyak nabati di pasar dunia yang melonjak sejak awal tahun ini.

“Orang sedang berspekulasi bahwa pemerintah akan mencabut HET yang tidak akan saya cabut dan kita punya minyak yang sangat banyak, kita tahu minyaknya sekarang di mana, kalau mereka tidak keluarkan akan kami tidak tegas,” kata Lutfi kepada Bisnis, Selasa (8/3/2022).

Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, stok minyak goreng murah hasil DMO minyak sawit mentah itu sudah mencapai 500.000 ton hingga pekan ini. Stok itu, kata Lutfi, dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga dua bulan mendatang atau saat lebaran nanti.

“Mereka itu sekarang sedang mencari untung dalam kesempitan, mereka itu ingin agar saya mencabut HET terus mereka banjiri [minyak goreng] dibeli Rp10.300 lalu jual Rp17.000 hingga Rp18.000, harga dunia lagi tinggi mereka tahan barangnya, saya mau tendang-tendangi Minggu ini,” kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper