Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah penduduk yang padat dan potensi kawasan wisata menjadi alasan dibangunnya KRL Yogyakarta--Solo, yang baru saja genap beroperasi selama satu tahun.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Zulfikri mengatakan KRL yang melayani wilayah aglomerasi Jogja--Solo ini dioperasikan karena jumlah penduduk yang cukup padat di wilayah tersebut.
Kondisi tersebut, lanjut Zulfikri, membuat pergerakan commuter di wilayah aglomerasi tersebut tinggi. Hal itu terbukti dari capaian KRL Jogja--Solo selama satu tahun yang telah mengangkut penumpang hingga 2,2 juta orang.
Kemudian, potensi wisata yang besar di wilayah aglomerasi tersebut menjadi alasan kedua elektrifikasi jalur KA Jogja--Solo tersebut. Pada 2019, Surakarta mencatat kedatangan sebanyak 5,3 juta wisatawan ke daerah tersebut, atau naik 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, pada tahun yang sama, DI Yogyakarta mencatat kedatangan wisatawan sebanyak 4,3 juta wisatawan atau naik 6,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kawasan aglomerasi Jogja--Solo menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa," jelas Zulfikri pada webinar, Senin (7/3/2021).
Dia menilai bahwa masyarakat di wilayah aglomerasi tersebut antusiasi menyambut moda tranportasi baru tersebut sebagai pengganti dari KRD Prambanan Express atau Prameks yang menggunakan diesel.
Kendati demikian, saat ini moda transportasi darat atau di jalan raya masih menjadi primadona atau pilihan masyarakat di wilayah aglomerasi tersebut. Pada 2018, jumlah masyarakat yang menggunakan angkutan jalan raya hampir 11,3 juta orang.
"Sementara itu, di tahun yang sama, pengguna KRD Prameks hanya berkisar 2,74 [juta orang], atau sekitar 20 persen dari pergerakan di kawasan tersebut," tuturnya.
Ketimpangan tersebut, tambah Zulfikri, yang menjadi alasan mengapa pemerintah mendorong penyediaan transportasi kereta atau KRL.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berharap agar elektrifikasi jalur kereta api melalui Kereta Rel Listrik (KRL) Solo-Jogja bisa mendorong adanya peningkatan konversi atau peralihan transportasi dari moda pribadi ke KRL.
Dia berharap adanya KRL Solo-Jogja bisa mendorong peralihan dari moda transportasi pribadi ke moda transportasi umum atau KRL sebesar 50 persen.
Tidak hanya itu, berdasarkan studi yang dilakukan sebelum KRL ini beroperasi pada 1 Maret 2021 lalu, layanan KRL ini juga diprakirakan bisa mengurangi angka konsumsi BBM lebih dari 50 persen.
"Kehadiran KRL ini akan berkontribusi pada pengurangan angka konsumsi BBM hingga 51,7 persen dan kita berharap tingkat peralihan minat masyarakat yang beralih dari kendaraan pribadi ke KRL mencapai 50 persen," ucapnya pada webinar, Jumat (4/3/2022).