Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Visa on Arrival dan Bebas Karantina di Bali, Prospek Pariwisata Cerah

Kebijakan pemberlakuan kembali visa on arrival dan bebas karantina bagi wsatawan mancanegara memberikan angin segar bagi industri pariwisata Tanah Air.
Tamu W Bali Seminyak juga dapat bersantai di akhir pekan dengan menikmati pemandangan sunset dengan alunan musik yang groovy dan asyik dari Andy Chunes (PNNY / NL), Marc Roberts (Pantai People) dan Damian Saint pada 27 Maret 2021. /W Bali
Tamu W Bali Seminyak juga dapat bersantai di akhir pekan dengan menikmati pemandangan sunset dengan alunan musik yang groovy dan asyik dari Andy Chunes (PNNY / NL), Marc Roberts (Pantai People) dan Damian Saint pada 27 Maret 2021. /W Bali

Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan penerapan dan pemberlakuan kembali visa kunjungan saat kedatangan (visa on arrival/VOA) memberikan angin segar terhadap percepatan pemulihan industri pariwisata Tanah Air.

Meski penerapan VOA ini masih terbatas di Bali, tetapi kebijakan ini menjadi langkah pembuka bagi pemulihan industri pariwisata di Indonesia.

Ekonom Piter Abdullah mengatakan bahwa kebijakan penerapan dan pemberlakuan kembali visa on arrival dan bebas karantina berdampak positif untuk mempercepat kebangkitan ekonomi Bali. Selama ini perekonomian Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata terutama wisatawan mancanegara (wisman).

“Pemberlakuan visa on arrival dan bebas karantina ini tentunya berdampak positif bagi perekonomian Bali. Karena Bali ini provinsi yang masih terpuruk akibat pandemi,” kata Piter, Senin (7/3/2022).

Berbeda dengan pariwisata lain di Indonesia seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang bergantung dengan kunjungan wisatawan domestik, pariwisata Bali sangat bergantung pada kunjungan wisman.

“Pariwisata Yogyakarta juga masih dapat dijangkau dengan kendaraan darat, jadi banyak wisatawan domestik. Kalau Bali peran pariwisata sangat besar, akses dijangkau dengan pesawat, dan dominan wisatawan mancanegara,” lanjut Piter.

Kebijakan VOA dan bebas karantina ini akan menarik para wisman untuk mengunjungi Bali sekaligus menjadi kabar baik bagi pelaku usaha pariwisata. Sebelumnya, Bali telah menerapkan warm up vacation dengan sistem travel bubble untuk mendatangkan wisman ke Pulau Dewata.

Piter berharap ke depan daerah lain dapat mengikuti dengan pertimbangan kondisi kasus penularan Covid-19.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan pelonggaran ini akan mendatangkan wisman secara bertahap ke Indonesia.

Menurutnya, turis yang akan datang diperkirakan berasal dari negara Asean, Australia, China, atau Jepang. Mengingat, wisman asal Amerika Serikat dan Eropa biasanya mengunjungi Bali pada liburan musim dingin, dan akan berakhir pada Maret 2022.

“Dampak dari pelonggaran karantina bisa memicu masuknya wisatawan asing tapi secara bertahap,” kata Bhima.

Bhima juga melihat jika kebijakan ini berhasil, maka dapat diterapkan di provinsi yang menjadi destinasi prioritas seperti Sumatera Utara, DIY, NTB, dan Manado.

Namun, ia mengingatkan meski ada pelonggaran masyarakat diharapkan tetap harus mentaati aturan protokol kesehatan agar tidak muncul gelombang baru yang tidak diharapkan. 

“Yang penting prokes dan testing-nya berjalan efektif saya kira tidak jadi persoalan,” lanjut Bhima. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper