Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Ukraina vs Rusia Memanas, Ini Indikator Stabilitas Rupiah Sepanjang Minggu Ini

Perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, dengan mencermati kondisi perekonomian Indonesia sebagai dampak penyebaran Covid-19.
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (5/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (5/1/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) merilis data terbaru mengenai perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah secara periodik, dengan mencermati kondisi perekonomian Indonesia sebagai dampak penyebaran Covid-19.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono melalui keterangan tertulisnya, Jumat (25/2/2022), BI memantau indikator nilai tukar dan inflasi.

Untuk nilai tukar per hari Kamis (24/2/2022), rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.380 per dolar AS kemudian dibuka pada level (bid) Rp14.365 per dolar AS pada Jumat (25/2/2022).

Selanjutnya, untuk yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun stabil ke level 6,50 persen pada Kamis (24/2/2022), kemudian naik menjadi 6,52 persen pada Jumat (25/2/2022) pagi.

Sementara itu, untuk Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,963 persen.

Untuk indikator aliran modal asing pada minggu keempat Februari 2022, premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 104,63 bps per 24 Februari 2022 dari 97,58 bps per 18 Februari 2022.

Berdasarkan data transaksi 21-24 Februari 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik net jual  Rp4,89 triliun, dimana net jual Rp8,23 triliun di pasar SBN, dan net beli Rp3,33 triliun di pasar saham.

Sedangkan, berdasarkan data setelmen sampai dengan 24 Februari 2022 (year to date/ytd), nonresiden net beli Rp6,28 triliun di pasar SBN dan net beli Rp20,25 triliun di pasar saham.

Untuk indikator inflasi, Erwin Haryono menyampaikan inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali.

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu keempat Februari 2022, perkembangan inflasi sampai dengan minggu keempat Februari 2022 diperkirakan mengalami deflasi sebesar -0,05 persen (mtm) sehingga secara tahun kalender sebesar 0,51 persen (ytd) dan secara tahunan sebesar 2,02 persen (yoy).

Dalam laporan BI tersebut, disebutkan bahwa penyumbang utama deflasi pada Februari 2022 sampai dengan minggu keempat yaitu komoditas telur ayam  (-0,12 persen, mtm), minyak goreng (-0,11 persen, mtm),  daging ayam ras (-0,10 persen, mtm), cabai rawit (-0,05 persen,mtm), serta jeruk dan angkutan udara masing-masing menyumbang sebesar -0,01 persen (mtm).

Sementara itu, BI juga mencatat komoditas yang menyumbang inflasi pada periode ini yaitu bawang merah (0,06 persen, mtm), tomat dan sabun detergen bubuk/cair masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm), serta beras, daging sapi, tempe, cabai merah, emas perhiasan dan rokok kretek filter yang masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,01 persen (mtm).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper