Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara kian tidak terbendung seiring dengan ketegangan geopolitik yang terus terjadi di Eropa Timur. Batu bara kontrak Maret melambung tinggi 15,40 poin menjadi US$224,75 per metrik ton.
Bursa ICE Newcastle mencatat komoditas batu bara termal diperdagangkan pada level US$236,25 per metrik ton untuk kontrak Februari pada Selasa (22/2/2022). Angka ini naik 2,40 poin dibandingkan hari sebelumnya US$233,85 per metrik ton.
Peningkatan tajam terjadi untuk kontrak Maret hingga Juni 2022. Dari data perdagangan tercatat batu bara kontrak Maret meroket 7,36 persen atau meningkat 15,40 poin menjadi US$224,75 per metrik ton. Pada perdagangan sebelumnya batu bara termal masih dilego pada level US$209,35 per metrik ton.
Kemudian untuk kontrak April, komoditas tersebut diperdagangkan pada level US$200,50 per metrik ton atau melonjak 12,50 poin dari hari sebelumnya. Smentara itu, kontrak Mei dan Juni menguat 11,85 dan 13,20 poin menjadi masing-masing US$185,45 per metrik ton dan US$176,45 per metrik ton.
Kendati harga batu bara terus berada di atas US$200 per metrik ton, Tradingeconomics menerangkan bahwa harga tersebut turun drastis dari level tertinggi tahun ini mencapai US$245 per metrik ton pada 11 Februari.
Konflik antara Rusia dan Ukraina menyebabkan ketidakpastian pada pasokan gas. Pasalnya negara itu menjadi salah satu produsen gas terbesar di dunia termasuk pemasok terbesar gas ke Eropa.
Krisis tersebut memicu negara konsumen mengalihkan batu bara sebagai sumber energi. Tingginya permintaan yang tidak ditopang dengan pasokan memadai menyebabkan harga emas hitam terus menguat.
Statista mencatat pada 2020 Rusia memproduksi setidaknya 638,5 juta meter kubik gas. Urutan kedua terbesar produsen gas di bawah Amerika Serikat sebesar 914,62 juta meter kubik.
Teranyar, Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah di Ukraina Timur. Keduanya adalah Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk. Sementara itu Ukraina menyebut wilayah itu sebagai rumah bagi pemberontak pendukung Rusia.