Bisnis.com, JAKARTA - Institute For Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan industri makanan dan minuman akan melanjutkan tren pemulihan pada tahun ini, setelah membubukan pertumbuhan 2,54 persen pada 2021.
Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, Andry Satrio Nugroho mengatakan gelombang ketiga Covid-19 dengan varian Omicron memang menjadi ancaman bagi kinerja industri mamin pada 2022. Namun, jika jumlah kasus berhasil diturunkan sebelum Ramadan dan Lebaran, industri mamin diprediksi dapat memaksimalkan momentum hari raya tersebut.
"Kalau kasus Omicron bisa turun sebelum bulan puasa, saya rasa kinerja industri Mamin akan lebih baik daripada tahun lalu," kata Andry kepada Bisnis, Selasa (22/2/2022).
Andry juga mengatakan pemulihan industri makanan dan minuman sudah terlihat sejak kuartal ketiga 2021. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri Mamin pada kuartal III/2021 sebesar 3,49 persen dan berlanjut 1,23 persen pada kuartal IV/2021.
Namun demikian, Adry menggarisbawahi sejumlah tantangan industri mamin untuk dapat tumbuh tahun ini. Pertama, lonjakan harga bahan baku yang juga sebagai imbas tingginya permintaan di tingkat global. Kedua, kenaikan harga energi berupa tarif dasar listrik (TDL) yang direncanakan naik mulai April mendatang.
Ketiga, kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen yang juga akan mulai berlaku pada April. Dari sisi eksternal, kendala logistik yang berkepanjang juga masih akan menyusahkan gerak industri mamin, terutama dalam melakukan perluasan pasar ekspor.
Baca Juga
Akan tetapi, perlu digarisbawahi pula bahwa selama dua tahun masa pandemi, industri mamin merupakan salah satu sektor yang tetap bertahan. Bahkan, pada 2020 di saat banyak sektor lain terkontraksi, mamin masih dapat membukukan pertumbuhan 1,55 persen.
"Kita harapkan bersama PPKM bisa turun level, kasus Omicron bisa turun sehingga bisa memanfaatkan momentum puasa dan lebaran sebagai titik balik dari peningkatan kinerja industri makanan minuman," katanya.