Bisnis.com, JAKARTA — Pembiayaan utang pada anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN mengalami penurunan pada Januari 2022 dari posisi yang sama tahun lalu. Berkurangnya penerbitan surat berharga negara atau SBN membuat pemerintah dapat menggunakan kas untuk pemenuhan pembiayaan.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa, Selasa (22/2/2022). Dia mengatakan perkembangan kondisi APBN per Januari 2022 sebagai gambaran keuangan negara pada awal tahun ini.
Realisasi pembiayaan utang pada Januari 2022 tercatat negatif Rp3 triliun atau negatif 0,3 persen terhadap APBN. Jumlah itu berbanding terbalik dari posisi pembiayaan utang Januari 2021 yang mencapai 165,8 triliun atau 14,1 persen terhadap APBN.
Pengurangan terjadi karena pembiayaan SBN pada Januari 2022 tercatat negatif Rp15,9 triliun, berbalik dari Januari 2021 dengan penerbitan Rp169,7 triliun. Menurut Sri Mulyani, hal tersebut berarti APBN lebih banyak membayar utang daripada penerbitan (issuance) SBN pada awal tahun ini.
"Penerbitan SBN kita mengalami penurunan hingga 109,3 persen, ini berarti kita bisa membiayai berasal dari kas yang ada maupun dari penerimaan negara, baik dari sisi perpajakan, bea cukai, maupun penerimaan negara bukan pajak [PNBP]," ujar Sri Mulyani pada Selasa (22/2/2022).
Adapun, pembiayaan anggaran melalui pinjaman pada Januari 2022 tercatat senilai Rp12,8 trilun. Kondisi tersebut berbalik dari posisi Januari 2021 yang negatif Rp3,9 triliun. Meskipun begitu, dia mengatakan belum adanya penerbitan SBN membuat kondisi pembiayaan utang secara keseluruhan per Januari 2022 menjadi negatif.
"Dengan adanya potensi penurunan defisit dan penggunaan saldo anggaran lebih [SAL], diperkirakan kebutuhan pembiayaan dapat diturunkan," ujar Sri Mulyani.