Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara mulai longsor seiring dengan meredanya ketegangan kawasan Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina.
Bursa ICE Newcastle mencatat adanya pelemahan tipis untuk kontrak Februari menjadi US$239 per metrik ton pada Rabu (16/2/2022), turun 0,42 persen atau 1 poin dari perdagangan sebelumnya yakni US$240 per metrik ton.
Kemudian, harga bara untuk kontrak Maret ikut anjlok 0,55 poin dari US$215,40 per metrik ton, turun menjadi US$214 per metrik ton. Sedangkan kontrak April ikut melemah dari US$191,25 per metrik ton menjadi US$190 per metrik ton.
Penurunan ini terjadi akibat mulai meredanya ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Kondisi ini terjadi setelah Kementerian Pertahanan Rusia menarik mundur tentaranya dari perbatasan Ukraina kembali ke pangkalan.
Sebelumnya, Pemimpin Rusia Vladimir Putin menyatakan akan menyerang Ukraina bila negara itu nekat untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Namun setelah ketegangan semakin menguat, negara itu mulai memikirkan ulang rencana tersebut.
Ketegangan keduanya memberikan ketidakpastian pasokan gas di kawasan hingga menyebabkan harga gas alam bergerak pada level US$4,380 per MMBtu untuk kontrak Maret. Harga ini menguat 0,074 poin dari perdagangan sebelumnya.
Baca Juga
Tingginya harga gas serta ketidakpastian pasokan ini menyebabkan sejumlah negara kembali menggunakan batu bara sebagai bahan bakar bagi pembangkit listrik. Pasalnya, Rusia menjadi pemasok penting Eropa untuk gas.
Tingginya permintaan batu bara kemudian memicu penguatan harga komoditas tersebut. Terlebih, bagi negara di belahan utara dunia membutuhkan pasokan energi lebih besar selama musim dingin.