Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bahan Baku Jadi Tantangan Ekspor Elektronika Tahun Ini

Ekspor industri elektronika tercatat mencapai US$11,77 miliar atau setara dengan Rp168,74 triliun di sepanjang 2021. Torehan positif itu diproyeksikan bakal terhambat oleh kenaikan harga bahan baku hingga tarif logistik yang masih mahal di 2022.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor industri elektronika tercatat mencapai US$11,77 miliar atau setara dengan Rp168,74 triliun di sepanjang 2021. Torehan positif itu diproyeksikan bakal terhambat oleh kenaikan harga bahan baku hingga tarif logistik yang masih mahal di 2022.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronika (Gabel) Daniel Suhardiman mengatakan, eksportir masih menghadapi kenaikan harga bahan baku yang tinggi hingga awal tahun ini.

Selain itu, ongkos produksi juga ikut tinggi akibat kelangkaan kapal dan kontainer yang belakangan menaikan tarif logistik ekspor.

Di sisi lain, kata Daniel, manuver pemerintah untuk menerapkan kembali Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 3 turut mengoreksi kapasitas produksi industri elektronika Tanah Air.

“Ini sedikit banyak mengurangi produktivitas dan efisiensi industri dalam negeri. Untuk itu, kami berharap Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian melakukan kontrol ketat terhadap barang jadi impor,” kata Daniel melalui pesan WhatsApp, Kamis (10/2/2022).

Ihwal daya saing produk domestik, Daniel berharap, pemerintah dapat kembali menanggulangi pandemi Covid-19 pada paruh pertama tahun ini. Dengan demikian, eksportir dalam negeri dapat mengungguli pasokan produk elektronika dari produsen negara lain.

“Kecepatan penanggulangan pandemi Covid-19 menjadi salah satu unsur penting agar kami bisa mengungguli negara-negara lain untuk memasok produk-produk ekspor,” tuturnya.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan surplus neraca niaga pada tahun ini berada di posisi US$31,4 miliar hingga US$31,7 miliar. Proyeksi itu mengalami penurunan sebesar 11,39 persen jika dibandingkan dengan torehan surplus 2021 di posisi US$35,44 miliar.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengatakan, penyesuaian proyeksi neraca niaga itu berdasar pada outlook harga komoditas global yang cenderung mengalami penurunan pada awal tahun ini.

“Kenaikan harga komoditas supercycle masih menjadi pendorong kenaikan nilai ekspor Indonesia. Namun, berkaca pada pengalaman sebelumnya, kondisi ini tidak akan bertahan lama,” kata Kasan melalui pesan WhatsApp, Rabu (9/2/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper