Bisnis.com, JAKARTA – China hanya menyelesaikan pembelian sekitar 63 persen dari komitmen untuk produk dalam kesepakatan perdagangan yang dicapai dengan AS selama pemerintahan Trump.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (9/2/2022), China membeli sekitar 62,9 persen produk ekstra yang dijanjikan sebagai pembelian senilai US$200 miliar dalam perjanjian tahap satu selama 2 tahun hingga akhir 2021.
Hal ini sesuai dengan analisis Bloomberg dari data yang dirilis oleh Biro Sensus Kementerian Perdagangan China.
Energi menjadi sektor yang paling banyak dilewatkan oleh China dengan hanya membeli sepertiga dari ekspor yang dijanjikan.
China hampir mencapai target penuh dalam produk pertanian yakni sekitar 83 persen dari total komitmen. Adapun pada produk dengan komitmen terbesar, yakni manufaktur, China hanya membeli kurang dari 65 persen dari total komitmen.
Aliansi pekerja industri AS, United Steelworkers mengatakan kinerja perdagangan China dengan AS mengecewakan.
Presiden United Steelworkers Scott Paul mengatakan pembelian komoditas tidak pernah menjadi solusi untuk memperbaiki hubungan perdagangan AS-China.
"Pemerintah China bahkan tidak dapat menepati janji itu,” kata Paul.
Menurutnya, jika permasalahan seperti perusahaan milik negara China, subsidi besar-besaran pemerintah, pencurian kekayaan intelektual, undang-undang ketenagakerjaan tidak ditangani, maka kesenjangan perdagangan akan tetap ada.
Data perdagangan pada Desember menunjukkan bahwa defisit perdagangan barang tahunan dengan China naik US$45 miliar menjadi US$355,3 miliar pada 2021.
Sebelumnya, China telah berjanji untuk membeli produk ekstra US$200 miliar untuk barang-barang pertanian, energi, manufaktur dan jasa AS di atas capaian pada 2017 dalam dua tahun hingga akhir 2021.