Bisnis.com, JAKARTA – PT GTS Internasional Tbk. merelokasi infrastruktur regasifikasi gas terapung untuk mendukung ketersediaan listrik di Teluk Gorontalo, Sulawesi Utara. Upaya tersebut dilakukan untuk menjaga pasokan listrik di wilayah tersebut.
Relokasi tersebut ditandai dengan berhasilnya transfer kargo pertama dengan proses Ship to Ship (STS) dari kapal LNGC TRIPUTRA ke FSRU Sulawesi pada akhir bulan lalu.
Direktur Utama GTSI Kemal Imam Santoso mengatakan bahwa Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Gorontalo merupakan proyek critical dan strategis dalam menjaga pasokan listrik wilayah tersebut melalui pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Maleo.
“FSRU unik karena storage-nya bergerak, secara operasional mudah dipindahkan dan efisien karena terapung, serta environmental friendly. GTSI memastikan bahwa supply konstan, reliable dan tentu safety-nya terjaga,” katanya melalui keterangan resmi, Kamis (3/2/2022).
Proyek ini bermula dari rencana PLN membangun unit fasilitas regasifikasi gas terapung atau FSRU yang akan dibangun di kawasan Sumatera bagian utara, Muara Tawar Jakarta, dan Gorontalo. Dari rencana tersebut, GTSI ikut berkontribusi dengan salah satu proyek tersebut, yakni proyek Sulawesi Utara.
Dalam perjalanannya, unit regasifikasi terapung berada di Amurang dan beroperasi melalui kerja sama dengan PT PLNGG. GTSI kemudian melaksanakan STS transfer antara LMVPP Karadenis dan TRIPUTRA pada 2019.
Namun setelah Karadenis habis kontrak, pembangkit listrik itu dipindahkan ke Gorontalo. Pada kargo pertama, Triputra membawa muatan dari Bontang lalu discharge ke FSRU dan melakukan regasifikasi hingga disalurkan ke PLTG Maleo. Pembangkit tersebut mampu menghasilkan listrik sebesar 100 megawatt (MW).
Pemindahan FSRU dari Amurang ke Gorontalo, kata Kemal, menunjukkan kemampuan teknis operasional GTSI untuk mobilisasi FSRU tersebut. GTSI telah siap sejak pertengahan bulan Januari 2022, dan terus berkoordinasi dengan PLNGG.
Dalam perjalannya, GTSI mengakuisisi PT Anoa Sulawesi Regas, anak usaha PT Sulawesi Regas Satu, pemegang proyek FSRU Sulawesi Utara. Saat ini, SRGS mempergunakan FSRU temporary dengan tinggi delapan meter tersebut.
Sementara itu, kapal Triputra dengan kapasitas angkut 22,500 meter kubik merupakan milik GTSI. Secara manajemen operasional dikelola oleh salah satu anak usahanya, yakni PT Humolco LNG Indonesia.