Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Menjalar di Asia Jelang Pertemuan The Fed, Investor Mulai Gelisah

Kekhawatiran para investor pasar uang mencuat jelang pertemuan The Fed pada Rabu. Bank sentral AS diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga acuan untuk meredam inflasi.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA - Investor global semakin dibuat gelisah setelah munculnya data inflasi Australia dan pengetatan moneter di Singapura, menjelang pertemuan Federal Reserve atau The Fed.

Dilansir Bloomberg pada Selasa (25/1/2022), hampir US$3 triliun valuasi saham global lenyap sebelum indeks acuan AS ditutup di zona hijau. Imbal hasil obligasi tiga tahun Australia melonjak ke level tertinggi sejak April 2019 karena kenaikan harga konsumen.

Sementara itu, dolar Singapura menguat setelah bank sentral bereaksi terhadap inflasi pada level tertinggi selama 8 tahun terakhir.

Hal ini terjadi seiring dengan kekhawatiran para investor pasar uang menjelang pertemuan The Fed pada Rabu. Bank sentral AS diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga acuan untuk meredam inflasi. Antisipasi mengarah pada aksi jual besar-besaran surat utang pemerintah AS dan saham teknologi.

"Pasar menebak-nebak waktu dan besarnya kenaikan suku bunga oleh The Fed, investor sudah hipersensitif dalam seminggu terakhir dan peristiwa terbaru tentu saja tidak membantu. Semuanya dipengaruhi oleh The Fed, dan ini masih merupakan periode yang sangat berisiko bagi pasar," kata George Boubouras, Kepala Penelitian K2 Asset Management di Melbourne.

Kegelisahan investor menunjukkan sedikit tanda-tanda mereda setelah ekuitas berjangka AS melanjutkan penurunan pada hari ini, menyusul ayunan tajam pada Senin lalu (24/1/2022) dan saham Asia jatuh ke level terendah dalam 13 bulan. Surat utang negara AS naik dengan yen karena investor mencari tempat berlindung.

Sementara itu, Otoritas Moneter Singapura (MAS) secara tiba-tiba mengumumkan pengetatan kebijakan moneter, sebuah langkah yang tidak biasa karena kajian kebijakan dilakukan dua kali setahun yakni pada April dan Oktober. Pengetatan dilakukan karena risiko kenaikan inflasi.

Bank sentral yang meggunakan valuta asing sebagai alat kebijakan utamanya, akan membiarkan mata uangnya terapresiasi terhadap mata uang negara lain pada beberapa bulan mendatang untuk melawan tekanan biaya impor.

"Langkah ini dibangun di atas pergeseran pre-emptive ke sikap apresiasi pada Oktober 2021 dan sesuai untuk memastikan stabilitas harga jangka menengah," kata MAS, seperti dikutip dari Channel News Asia.

Adapun, inflasi yang semakin panas di Australia mendukung ekspektasi Reserve Bank of Australia untuk membatalkan program pembelian obligasi pada pertemuan Selasa depan. Bank sentral membuka potensi untuk kenaikan suku bunga tahun ini, sesuatu yang sebelumnya dihindari oleh Gubernur Philip Lowe.

Semua mata kini tertuju pada The Fed yang diperkirakan siap menaikkan suku bunga acuan sejak 2018. Para trader telah mengkalkulasi dampak dari perkiraan empat kali kenaikan suku bunga dan sinyal pemangkasan neraca keuangan, katalis untuk menghadapi volatilitas pasar keuangan.

"Pesan jelas dari Asia hari ini adalah pasar perlu bersiap untuk bank sentral global yang aktif dalam dua pekan mendatang," ungkap ekonom senior dan ahli strategi suku bunga Royal Bank of Canada di Sydney Su-Lin Ong

Namun, sejumlah ekonom seperti ahli strategi pasar Bank of New York Mellon di Hong Kong Wee Khoon Chong mengaku optimistis bahwa perubahan pasar dapat ditahan, setidaknya di Asia.

“Volatilitas baru-baru ini saya pikir merupakan reaksi pasar yang khas terhadap bagaimana siklus kebijakan moneter telah berubah. Inflasi Asia masih rendah secara absolut tetapi meningkat secara bertahap,” kata Chong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper