Bisnis.com, JAKARTA — Industri alat berat mencatat lonjakan produksi pada 2021 sebesar 96,67 persen menjadi 6.740 unit. Lonjakan volume produksi terjadi setelah pada 2020 mengalami penurunan tajam 43,44 persen menjadi 3.427 unit.
Meski demikian, volume produksi alat berat pada tahun lalu sudah melampaui capaian 2019 sebelum pandemi sebesar 6.060 unit.
Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaludin mengatakan produksi pada 2022 diperkirakan bakal lebih dari 9.000 unit. Jika tercapai, angka produksi pada tahun ini akan melampaui level tertinggi pada 2018 sebanyak 7.981 unit.
"Target 2022 di level 9.000 unit bahkan bisa lebih. Tantangan kami adalah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sehingga jam kerja berkurang," kata Jamaludin kepada Bisnis belum lama ini.
Jamaludin menaikkan angka proyeksi tersebut dari sebelumnya 8.000 unit melihat bergeliatnya sektor pertambangan dan harga-harga komoditas yang melonjak. Tahun ini, fokus industri dipastikan masih pada sektor pertambangan.
Produksi alat berat pada tahun lalu didominasi hydraulic excavator sebanyak 6.133 unit, diikuti bulldozer 410 unit, dump truck 111 unit, dan motor grader 86 unit.
Jamaludin melanjutkan impor material produksi masih menjadi tantangan bagi industri. Selain harga pengapalannya yang melambung, ketersediaan material juga terbatas. Dia mengakui bahwa permintaan alat berat sepanjang tahun lalu sangat tinggi dan pemenuhannya secara bertahap dilakukan pada tahun ini.
"Dan triger-nya masih di mining area," kata Jamaludin.