Bisnis.com, JAKARTA — Produksi tempe dan tahu yang sebelumnya diproyeksikan tumbuh pada 2022 kini terganjal harga bahan baku kedelai yang melambung.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifudin menyatakan kendala mahalnya bahan baku berdampak kepada pemangkasan volume produksi sebesar 10 persen hingga 20 persen pada tahun ini.
"Malahan ada yang sampai 50 persen [penurunan produksinya] tergantung kabupaten dan kota. Namun secara rata-rata antara 10 sampai 20 persen," kata Aip saat dihubungi Bisnis, Selasa (18/1/2022).
Produksi tempe dan tahu yang dihitung dari konsumsi bahan baku kedelai impor diprediksi turun 10 persen menjadi 2,25 juta ton pada tahun ini. Sedangkan konsumsi kedelai lokal diramal bakal tetap kurang lebih 300.000 ton.
Sebelumnya, pada November tahun lalu, Aip memperkirakan produksi pada tahun ini dapat melonjak hingga 3 juta ton, meski masih berada di bawah level sebelum pandemi sebenesar 3,2 juta hingga 3,3 juta ton.
Tahun lalu saat harga kedelai melonjak dari kisaran Rp7.500 hingga Rp8.000 per kg menjadi sekitar Rp10.000 pengrajin tempe dan tahu melakukan mogok produksi untuk meminta penurunan harga. Namun, pada bulan ini saja, harga kedelai sudah menembus angka Rp10.500 per kg di Jakarta dan sekitarnya.
Aip memprediksi mahalnya bahan baku kedelai belum akan terurai pada tahun ini melihat kondisi panen di negara-negara eksportir terbesar dunia seperti Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina. Tiga negara tersebut tengah mengalami cuaca ekstrem yang menyebabkan pasokan kedelai ke pasar dunia berkurang sehingga terjadi kenaikan harga.
Selain bahan baku utama, pengrajin juga menghadapi tekanan mahalnya bahan pendukung lain seperti minyak goreng. Menurut Aip, program harga minyak goreng Rp14.000 per liter yang dicanangkan pemerintah belum dapat dinikmati UMKM pengrajin tahu tempe. Demikian pula dengan harga bahan bakar gas, dimana LPG 3 kg sudah di atas Rp20.000.
"Makanya kami sedang meminta kepada pemerintah, berilah kami kesempatan untuk bisa beli gas LPG 3 kg dengan harga Pertamina," ujarnya.