Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor 2022 Disebut Hadapi Banyak Tantangan, Apa Saja?

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi membeberkan sejumlah tantangan yang menghadang prospek pertumbuhan ekspor Indonesia, termasuk normalisasi harga komoditas.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja ekspor nonmigas pada 2022 akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terutama di tengah risiko normalisasi harga komoditas primer yang tercatat memberi kontribusi besar pada capaian sepanjang 2021.

Data sementara Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa dua kontributor besar ekspor nonmigas adalah batu bara dan produk olahan minyak sawit mentah atau CPO. Masing-masing menorehkan nilai ekspor sebesar US$32,84 miliar dan US$32,83 miliar atau hanya terpaut sekitar US$100 juta.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengemukakan kenaikan ekspor RI yang signifikan sepanjang 2021 tidak terlepas dari pertumbuhan permintaan global yang besar. Berbagai stimulus yang dikeluarkan pemerintah membuat daya beli masyarakat meningkat, tetapi hal ini belum diikuti oleh kenaikan pasokan barang yang seimbang.

"Di Amerika Serikat inflasi mencapai 6 persen, tetapi barang-barang tidak ada karena masalah logistik. Jadi sebagaimana disampaikan Presiden China Xi Jinping, tapering diharapkan tidak terjadi [terlalu cepat] karena bisa menyakiti ekonomi dunia. Ini salah satu concern kita," kata Lutfi dalam konferensi pers Outlook Perdagangan 2022, Selasa (17/1/2022).

Lutfi menambahkan tantangan perdagangan dunia datang dari risiko krisis energi yang berlanjut. Harga energi yang naik dia sebut bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi.

"Krisis energi itu sudah kejadian di Indonesia pada awal 2021 ini karena terjadi kelangkaan batu bara dan jadi sandungan pertumbuhan ekonomi yang mengganggu ekspor kita. Hal ini tak hanya dirasakan Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain," tambahnya.

Dia memastikan pemerintah terus menyiapkan mitigasi untuk menghadapi masalah tersebut. Adapun mengenai hambatan berupa kelangkaan kontainer dan biaya pengapalan, Lutfi mengatakan situasi cenderung lebih baik dan tidak seburuk kuartal II dan III/2021.

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan permasalahan logistik masih menjadi hambatan ekspor yang terus diupayakan penyelesaiannya. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyediakan solusi jangka pendek, menengah, dan panjang.

"Yang diperlukan saat ini adalah kebersamaan stakeholder bagaimana mengurangi beban dari naiknya biaya logistik. Salah satunya dengan melakukan ekspor bersama demi menekan biaya logistik," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper