Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menargetkan konsolidasi aset holding PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney mencapai Rp261,22 triliun pada 2024.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan pada tahap awal, Kementerian BUMN telah mengintegrasikan lima perusahaan di bawah InJourney. Lima perusahaan tersebut adalah Angkasa Pura I (AP I), Angkasa Pura II (AP II), Hotel Indonesia Natour (HIN), Taman Wisata Candi Borobudur (TWC), dan Sarinah.
Ke depannya, akan bergabung pengelola destinasi pariwisata terintegrasi ITDC dan berbagai layanan penerbangan dan kargo milik negara. Secara total, konsolidasi aset awal terssbut mencapai senilai Rp 97,88 triliun.
"InJourney akan terus berkembang dengan target konsolidasi aset sebesar Rp261,22 triliun pada 2024,” ujarnya melalui keterangan resmi, Senin (17/1/2022).
Erick optimistis pembentukan InJourney didedikasikan untuk menjawab berbagai tantangan dan potensi besar di sektor pariwisata dan pendukung terutama akibat disrupsi pandemi Covid-19.
Menurutnya, ini merupakan holding BUMN pertama yang berbentuk ekosistem lintas sektor. Bahkan dirancang menjadi mega ekosistem yang bersinergi dengan BUMN sektor lain, swasta, UMKM, dan masyarakat lokal.
Selain akan dilakukan pembenahan tata kelola perusahaan, semua layanan dari ekosistem ini akan saling terhubung, dan terintegrasi, mulai dari infrastruktur hingga pengalaman perjalanan di tiap titik wisata dan fasilitas.
Erick mencontohkan bandar udara akan menjadi Aerocity dan lifestyle destination, juga akan dibentuk super platform untuk travel plan pengalaman berwisata di Indonesia secara holistik.
Adapun Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada (13/1/2022) telah meresmikan holding BUMN pariwisata dan pendukung InJourney di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal yang sudah dinantikannya selama 7 tahun terakhir.
“Sejak awal sebenarnya sudah bolak-balik ini saya sampaikan sejak tujuh tahun yang lalu. Sudah saya perintahkan konsolidasi, restrukturisasi, karena kuncinya di situ,” ujarnya.
Menurutnya, begitu banyak perusahaan dengan anak-anak usaha serta aset yang premium dan strategis belum menjadi kekuatan besar karena tidak terkonsolidasi, efisien, dan kompetitif.