Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengklaim capaian realisasi produksi siap jual atau lifting migas saat ini masih sejalan dengan target peningkatan produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas bumi 12 miliar standar kaki kubik per hari.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, berdasarkan program jangka panjang atau long term plan (LTP) untuk mencapai target peningkatan produksi migas, produksi minyak pada tahun lalu seharusnya berada pada level 676.000 barel minyak per hari (bopd), sedangkan realisasinya sebesar 660.000 bopd.
Sementara itu, realisasi produksi gas bumi telah melampaui target produksi jangka panjang, yakni 5.501 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Adapun target yang ditetapkan dalam LTP tersebut adalah 5.309 MMscfd.
Sementara itu, target lifting minyak dalam LTP untuk tahun ini ditargetkan mencapai 683.000 bopd, dan lifting gas bumi sebesar 5.503 MMscfd.
“Kelihatan dari gambaran ini apakah posisi sekarang masih on the track dari program 1 juta barel per hari. Kita masih di situ, di gas kita masih lebih baik, karena targetnya 5.300 MMscfd tapi realisasi 2021 adalah 5.500 MMscfd,” ujarnya dalam paparan yang digelar pada Senin (17/1/2022).
Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara menjelaskan, untuk mencapai target produksi tersebut pihaknya telah menyiapkan empat strategi yang akan mendongkrak tingkat produksi migas.
Baca Juga
Pertama, SKK Migas telah memasukkan potensi dari lapangan migas non-konvensional yang sebelumnya tidak masuk dalam LTP, karena belum adanya aturan yang lebih jelas. Kedua, mengoptimalkan akses existing melalui program pengeboran sumur pada tahun ini yang ditargetkan mencapai sekitar 790 sumur.
Ketiga, transformasi sumber daya menjadi produksi dengan target tahun ini mencapai 219 persen. Keempat, memanfaatkan enhanced oil recovery yang akan menjadi salah satu kontributor peningkatan produksi lapangan-lapangan existing.
“Kalau kami lihat dari volume, kontribusi terbesar dari chemical EOR yang ada di Rokan. Tantangannya adalah di keekonomian, salah satunya harga chemical itu sendiri. Jadi untuk bisa dieksekusi secara ekonomis juga perlu harga minyak moderat, juga perlu harga chemical yang kompetitif,” imbuhnya.