Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik mencapai 74 gigawatt (GW) pada tahun lalu, atau naik sekitar 1,2 GW dibandingkan 2020.
Kapasitas ini didominasi oleh peningkatan kapasitas pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dari sebelumnya 36,7 GW pada 2020, menjadi 37 GW pada 2021.
Kemudian pembangkit listrik tenaga air (PLTA) naik dari 6,1 GW menjadi 6,6 GW; pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) naik dari 20,8 GW menjadi 20,9 GW; pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dari 4,9 GW menjadi 5 GW.
Selanjutnya, kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) meningkat dari 2,1 GW menjadi 2,3 GW; PLT Bio berada di angka stagnan 1,9 GW dan PLT lainnya dari 0,3 GW menjadi 0,4 GW.
“Kemudian konsumsi listrik per kapita meningkat dibandingkan 2015 yakni 910 kilowatt hour (kWh) per kapita menjadi 1.123 kWh per kapita pada 2021,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat konferensi pers, Rabu (12/1/2022).
Selain itu, pemerintah merencanakan peningkatan kapasitas listrik pada 2022 menjadi 76,3 GW serta kenaikan konsumsi listrik mencapai 1.268 kWh per kapita.
Target ini dipatok seiring dengan program peningkatan konsumsi listrik serta pembangunan infrastruktur di daerah yang belum terjamah aliran listrik.
Sementara itu, pada pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) mencatat total kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT hingga akhir 2021 mencapai 11,152 MW atau meningkat 650,03 MW sepanjang tahun lalu.
Angka ini sejatinya tidak mencapai target yang sebelumnya ditetapkan pemerintah sebesar 11.357 MW.
“Kalau kita lihat pertumbuhannya tidak terlalu cepat. Untuk itu ke depan dalam target menurunkan emisi dan target bauran sumber energi yang kita miliki harus bisa kita manfaatkan agar kita bisa turunkan emisi dan target penurunan emisi bisa kita penuhi,” katanya.