Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gapki: Peremajaan Perkebunan Sawit Rakyat Tidak Optimal

Sejak tahun 2016 hingga 2021 program peremajaan perkebunan sawit rakyat baru mencapai sekitar 120.000 hektare.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). /Bisnis-Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). /Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan realisasi program peremajaan perkebunan sawit rakyat masih tidak berjalan optimal. Alasannya, sejak tahun 2016 hingga 2021 program peremajaan lahan itu baru mencapai sekitar 120.000 hektare.

Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan rendahnya realisasi peremajaan perkebunan sawit rakyat itu disebabkan karena permasalahan legalitas yang masih rumit hingga enam tahun program itu berjalan.

“Replanting kebun rakyat praktis baru mulai 2016 dan jumlahnya masih sedikit dan sampai dengan 2021 tertanam sekitar 120.000 hektare. Ini baru akan berproduksi tahun 2023-2025,” kata Joko melalui pesan WhatsApp, Rabu (12/1/2022).

Malahan, Joko menambahkan, sebagian besar lahan perkebunan sawit rakyat itu tumpang tindih dengan kawasan hutan. Hal itu yang menyebabkan program peremajaan perkebunan sawit itu tidak optimal.

Berdasarkan data milik Direktorat Jenderal Perkebunan per 4 Januari 2021, realisasi peremajaan sawit baru mencapai 256.893 hektarare sejak tahun 2016 lalu. Torehan itu relatif kecil jika dibandingkan dengan target yang dipatok selama enam tahun terakhir mencapai 745.780 hektarare.

Di sisi lain, Gapki memproyeksikan produksi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di tahun ini mencapai 48 juta ton atau hanya mengalami peningkatan sebesar 2,70 persen jika dibandingkan tahun 2021.

“Faktornya lebih banyak cuaca. Sepanjang 2021 iklimnya relatif basah, bahkan disertai la nina di awal tahun. Ini kelihatannya yang mengganggu pembentukan bunga,” tuturnya.

Gapki memperkirakan nilai ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya bisa menembus US$35 miliar sepanjang tahun ini. Harganya pun diperkirakan masih berkisar di level US$1.300 per ton, dan stok yang bisa diekspor pada November dan Desember tahun ini mencapai 6,4 juta ton.

Gapki melaporkan tren kenaikan harga minyak sawit masih berlanjut. Harga pada Oktober 2021 mencapai US$1.368 per ton CPO CIF Rotterdam, lebih tinggi dari harga September 2021 sebesar US$1.235 per ton, dan Agustus sebesar US$1.236 per ton.

Nilai ekspor produk sawit pada Oktober 2021 mencapai US$3,67 miliar, dengan volume ekspor sebesar 3,21 juta ton atau naik 230.000 ton dibandingkan dengan volume ekspor pada September 2021.

Kenaikan terbesar terjadi pada olahan minyak sawit sebesar 298.000 ton atau 13,5 persen lebih tinggi daripada bulan sebelumnya, sedangkan ekspor CPO turun 7 persen menjadi 147.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper