Bisnis.com, JAKARTA – Holding BUMN Pangan, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), akan turut serta dalam proses distribusi minyak goreng subsidi kemasan sederhana. Distribusi juga akan dilakukan oleh anak perusahaan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia.
Direktur Utama PT RNI Arief Prasetyo Adi mengatakan pasokan minyak goreng akan berasal dari Holding PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III beserta anak perusahaannya. PTPN Group disebut berkomitmen memasok seperempat produksinya untuk minyak goreng kemasan sederhana seharga Rp14.000 per liter.
“RNI dalam rantai pasok miinyak goreng kita distribusi. Seperempat produksi dari PTPN I sampai XIV sudah didedikasikan untuk yang harga Rp14.000 [per liter] dan kami jadi salah satu distributor dengan PT PPI,” kata Arief setelah menghadiri acara Launching Holding BUMN Pangan di Jakarta, Rabu (12/1/2022).
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan anak usaha Holding PTPN III, PT Industri Nabati Lestari (INL), akan memproduksi minyak goreng ekonomis yang dipatok dengan harga Rp14.000 per liter pada tahun ini.
“Sesuai yang sudah diarahkan bapak presiden makanya Kementerian BUMN dan PTPN melakukan operasi pasar tambahan yang di mana dari target 1,2 juta liter kita juga akan kontribusi sebagian dari itu, tapi produk mereknya berbeda nanti,” kata Erick melalui siaran pers pada Minggu (9/1/2022).
Erick menjelaskan INL tengah mengembangkan produksi turunan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Dia mengatakan kemasan sederhana INL baru dikembangkan saat harga minyak goreng melambung tahun lalu.
“Kita pakai brand INL karena ini khusus brand ekonomis,” tuturnya.
Dia memastikan minyak goreng produksi INL akan dijual seharga Rp14.000 per liter tersedia dalam kemasan 450 ml dan 900 ml. Minyak goreng kemasan ini sementara hanya beredar di wilayah Medan dan Sumatera Utara.
BUMN tercatat telah memiliki tiga produk minyak dengan segmentasi berbeda yakni Nusakita 100 persen price index dari market leader (Bimoli), Salvaco (92-95 persen price index Bimoli), dan kemasan sederhana INL 88 sampai 90 persen price index market leader atau Bimoli.
"Kapasitas mesin pengemas baru mulai kita investasi tahun ini dan akan berkembang terus sampai 2023," kata Erick.