Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta pemerintah membubarkan PT PLN Batubara. Bagaimana sepak terjang anak usaha PT PLN (Persero) ini.
Sebelum Luhut menyampaikan permintaan itu pada Senin (10/1/2022) malam, Menteri BUMN Erick Thohir lebih dulu menyampaikan rencananya untuk mengevaluasi perusahaan ini. Meski demikian, belum ada keputusan pasti yang akan diambil Kementerian BUMN.
Ancang-ancang tersebut dilakukan pemerintah setelah krisis pasokan batu bara dialami pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) maupun Independent Power Producer (IPP).
PT PLN Batubara merupakan anak perusahaan PLN yang didirikan pada tanggal 11 Agustus 2008. Perusahaan itu didirikan untuk mengamankan pasokan batu bara untuk PLTU PLN dan anak perusahaan dengan harga yang efisien.
Dalam perjalanannya, PLN Batubara mengalami transformasi bisnis sejak didirikan. Perusahaan juga memiliki 5 sumber tambang batu bara melalui anak perusahaan dan perusahaan afiliasi, serta mengembangkan kerja sama untuk trading batubara.
PLN Batubara memperluas jangkauan bisnisnya dengan membentuk perusahaan tambang bernama PT Jambi Prima Coal, perusahaan trading bernama PT PLN Batubara Niaga, dan perusahaan investasi melalui PT PLN Batubara Investasi.
Baca Juga
PLN Batubara menguasai 60 persen saham PT Jambi Prima Coal. Selebihnya dikuasai PT Indobagus Energy sebesar 40 persen. Pada dua perusahaan lainnya, PLN Batubara menguasai saham 99 persen.
Perseroan turut memiliki perusahaan afiliasi di sektor tambang batu bara dan infrastruktur. PT Bangun Persada Jambi Energi, PT Mahakarya Abadi Prima, PT Prima Bara Indonesia, dan PT Banyan Koalindo Lestari bergerak pada sektor tambang batu bara.
Sementara itu, dua perusahaan afiliasi di bawah PLN Batubara adalah PT Musi Mitra Jaya dan PT Sriwijaya Logistik. Kedua perusahaan itu bergerak pada sektor infrastruktur pengangkutan tambang.
Dari seluruh anak usaha dan afiliasi, PLN Batubara menyuplai 24,02 juta ton batu bara pada 2019 dengan jumlah pelanggan PLN Batubara mencapai 49 PLTU. Sementara itu, perusahaan menyuplai batu bara sebanyak 24,94 juta ton pada 2020.
“Enggak ada PLN Batubara, kami minta dibubarin,” kata Luhut di Jakarta, Senin (10/1/2022) malam.
PLN Batubara sejatinya bukan satu-satunya perusahaan yang menyuplai batu bara untuk pembangkit milik PLN. Kontribusi paling besar dilakukan oleh Divisi Batubara PLN dengan membuat kontrak jangka menengah dan panjang.
Kemudian PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa Bali, dan PT Tanjung Jati B melakukan kontrak langsung dengan pemasok. Mereka mencari pasokan sendiri dengan disupervisi pada Divisi Batubara PLN.
Kemudian, PLN Batubara kebagian tugas melakukan kontrak kerja sama strategi, terutama daerah remote.
Sumber Bisnis menyebutkan bahwa PLN Batubara berkontribusi sekitar 20 persen dalam pembelian batu bara untuk pembangkit milik PLN maupun IPP.
Sisanya ditangani Divisi Batubara PLN sekitar 70 persen untuk kontrak jangka panjang dan menengah. Adapula keterlibatan Artha Daya Coalindo, anak usaha Indonesia Power yang memasok batu bara untuk pembangkit Indonesia Power.
Selain itu, PLN Batubara umumnya menjadi pemasok bahan bakar untuk pembangkit skala kecil. “PLN BB harus backup PLTU skala kecil dan bahkan [penyaluran] batu bara-nya melalui truk dan tidak ada pemasok yang tertarik. Jadi security supply untuk PLTU skala kecil masih tugas PLN,” kata sumber tersebut.
Meski demikian, PLN Batubara siap-siap dibubarkan seiring dengan rencana pemerintah melarang pembelian batu bara melalui trader. Dalam rapat koordinasi antar kementerian dan lembaga pada Senin (10/1/2022), PLN diwajibkan membeli langsung kepada perusahaan tambang.
“Ini [PLN Batubara] salah satu yang kami tinjau, apakah perusahaan ini akan dimerger nantinya dengan PLN, atau ditutup atau apapun, belum kami putuskan,” kata Erick Thohir, Kamis (6/1/2022).