Bisnis.com, JAKARTA — Pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tengah menghadapi kendala pada pembangunan tunnel 2 atau terowongan yang bakal dilalui kereta.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan tunnel 2 merupakan salah satu struktur konstruksi yang memiliki tantangan geografis cukup tinggi.
"Tunnel 2 berada di area clay shale, di mana area ini membutuhkan penanganan lebih yang lebih kompleks," katanya, Senin (10/1/2022).
Dwiyana menjelaskan, clay shale merupakan jenis tanah dengan karakteristik yang sangat mudah melapuk apabila terekspos karena proses penggalian pada saat konstruksi.
Akibat lemahnya lapisan clay shale ini, sambungnya, dikhawatirkan dapat menimbulkan pergerakan konstruksi timbunan maupun konstruksi jalan yang terdapat di atasnya, sehingga proses pembangunan tunnel sangat berhati-hati dan tidak bisa dilakukan secara cepat.
"Tunnel 2 yang berlokasi di Purwakarta berada di area clay shale, dan saat ini penanganan terus kami lakukan dengan koordinasi dan melibatkan ahli," sebutnya.
Lebih lanjut dia menuturkan bahwa total ada 13 terowongan dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini. Namun yang mengalami kendala hanya tunnel 2 dan membutuhkan penanganan khusus.
Walaupun situasi ini wajar dari pembangunan kereta cepat, tapi Dwiyana menyebut pihaknya benar-benar mencari solusi untuk menyelesaikan kendala tersebut, salah satunya dengan mendatangkan 33 ahli terowongan langsung dari China untuk membantu menyelesaikan kendala tersebut dan dibantu oleh sejumlah ahli dari ITB.
"Kemudian juga ada 17 ahli grouting untuk membantu terkait dengan penyelesaian masalah clay soil," imbuhnya.
Meski begitu, Dwiyana memastikan bahwa keberadaan pekerja lokal tidak tergeser dengan adanya sejumlah tenaga ahli yang didatangkan dari China tersebut.
Pasalnya, ucap Dwiyana, ahli yang didatangkan secara bertahap dari China ini dalam rangka pengerjaan tunnel 2 dan mereka adalah ahli tunnel dan ahli penguatan permukaan.
"Tentunya para ahli ini didatangkan untuk mempercepat proses pembangunan dan juga untuk menangani hal-hal yang terkait pekerjaan pembangunan tunnel. Saat ini komposisi penggunaan tenaga kerja asing dibandingkan tenaga kerja lokal masih terjaga di angka 1 berbanding 5," tutur Dwiyana.
Dia menambahkan, proses pelaksanaan pekerjaan ini juga menjadi bagian dari upaya proses transfer ilmu yang penting dalam pelaksanaan pembangunan yang melibatkan dua bangsa.