Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Energi, Ini Pendorong Inflasi di Akhir 2021 Versi Kadin  

Badan Pusat Statistik melaporkan tingkat inflasi pada Desember 2021 merupakan yang tertinggi pada tahun lalu, bahkan sejak Juli 2020.
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menduga ada ketidakseimbangan suplai dan permintaan di balik lonjakan inflasi pada akhir 2021.

Wakil Ketua Umum Kadin Shinta W Kamdani mengatakan meskipun sudah ada indikasi harga energi akan naik, secara riil di lapangan angkanya belum terkerek. Dengan demikian, seharusnya belum terjadi kenaikan biaya produksi karena faktor energi di industri manufaktur.

"Ada kemungkinan bahwa kenaikan harga di akhir tahun terjadi karena isu kelancaran supply atau supply demand imbalance," jelasnya kepada Bisnis, Senin (10/1/2022).

Sebelumnya Badan Pusat Statistik melaporkan tingkat inflasi pada Desember 2021 merupakan yang tertinggi pada tahun lalu, bahkan sejak Juli 2020. Secara bulanan, inflasi pada Desember mencapai 0,56 persen. Adapun, tingkat inflasi sepanjang 2021 mencapai 1,87 persen.

Shinta mengatakan meski sama-sama mengalami lonjakan inflasi, kondisi di Indonesia tidak sama dengan kejadian di Amerika Serikat yang terdorong stimulus yang mengerek konsumsi masyarakat secara berlebihan dan dampak peningkatan harga energi. Di Indonesia harga energi tidak mengambang seperti di AS, tetapi dipatok oleh regulasi pemerintah.

"Karena itu kemungkinan besar masalahnya ada supply-demand imbalance atau karena adanya penjual yang memanfaatkan isu kenaikan harga energi untuk menaikkan harga di pasar," ujarnya.

Menurut Shinta hal ini sebetulnya relatif wajar karena setiap ada momentum seperti akhir tahun, Ramadan, maupun Lebaran, harga di pasar cenderung naik akibat laju peningkatan permintaan yang lebih cepat daripada penawaran.

Sementara itu, dia mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan dengan matang wacana kenaikan harga energi pada tahun ini, seperti tarif dasar listrik dan penghapusan bahan bakar minyak (BBM) premium dan pertalite. Kenaikan harga energi diperkirakan akan mengerek biaya produksi dan menghasilkan inflasi yang lebih tinggi dari tahun lalu. Dampaknya, daya beli masyarakat akan kembali tergerus. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper