Bisnis.com, JAKARTA — Mengatasi kelebihan suplai di industri semen yang telah menahun, Kementerian Perindustrian menyatakan solusinya adalah dengan menggenjot ekspor.
Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam, Kemenperin Ignatius Warsito mengatakan mengerek kinerja ekspor perlu dilakukan di tengah pasar dalam negeri yang belum sepenuhnya pulih.
"Salah satu cara industri semen menaikkan utilisasi adalah dengan melakukan ekspor sehingga dapat menambah jumlah produksi. Selain itu industri semen juga melakukan diversifikasi jenis semen dan mengkampanyekan penggunaan semen ramah lingkungan," kata Warsito kepada Bisnis, Jumat (24/12/2021).
Utilisasi produksi industri semen nasional saat ini masih di bawah 60 persen. Dengan total produksi Januari-November mencapai 63,19 juta ton dan total kapasitas 116 juta ton, maka rata-rata utilisasi semen sepanjang 2021 berada di angka 54,47 persen.
Adapun, menurut catatan Asosiasi Semen Indonesia (ASI), penjualan semen di dalam negeri dan ekspor pada tahun lalu mencapai 71,78 juta ton. Pada Januari-November 2021, produksi semen untuk konsumsi domestik dan ekspor mencapai 70,38 juta ton, dengan 59,43 juta ton penjualan dalam negeri, dan sisanya 10,95 juta ton ekspor.
Namun, menaikkan kinerja ekspor semen bukan perkara mudah. Volume ekspor semen pada November 2021 turun sekitar 50 persen dari bulan sebelumnya menjadi 505.000 ton. Penurunan produksi untuk ekspor disebabkan pasokan batu bara yang terbatas sehingga sejumlah pabrikan menghentikan sebagian unit produksinya.
Baca Juga
Warsito mengatakan industri semen merupakan pendukung sektor lain dan serapannya sangat bergantung pada proyek infrastruktur pemerintah maupun swasta, perumahan, dan masyarakat umum yang melakukan pembangunan.
Pertumbuhan serapan dalam negeri dan kinerja ekspor yang belum optimal pada tahun ini ditengarai karena kondisi perekonomian yang belum bergeser dari prioritas untuk menjaga kesehatan.
"Kementerian Perindustrian juga terus melakukan pembinaan pada industri barang dari semen sehingga terjadi sinergi antara industri semen dengan industri pengguna semen," ujarnya.
Berdasarkan catatan ASI, sejumlah perusahaan menyetop produksi untuk ekspor guna memprioritaskan permintaan dalam negeri. Sejumlah pabrik yang menyetop sebagian unit produksinya antara lain, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., PT Semen Tonasa, PT Semen Padang, dan PT Semen Bosowa Maros. Penyetopan aktivitas di unit-unit produksi tersebut disinyalir akan menurunkan kinerja utilisasi industri pada penghujung tahun ini.