Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Turki mengatakan kembali memangkas suku bunga acuan hingga 100 basis poin pada Kamis (16/12/2021) untuk mendukung kebijakan moneter yang tidak lazim dari Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (16/12/2021), Komite Kebijakan Moneter Turki memangkas repo rate menjadi 14 persen dari 15 persen, penurunan berturut-turut keempat kalinya. Angka itu sejalan dengan estimasi nilai tengah atau median dalam jajak pendapat Bloomberg terhadap 22 ekonom.
Namun, satu analis menilai Gubernur Sahap Kavcioglu akan memangkas suku bunga dan orang-orang yang tidak setuju memperkirakan bank sentral akan bertahan.
"Komite memutuskan untuk menyelesaikan penggunaan ruang terbatas yang tersedia oleh efek sementara dari faktor sisi penawaran dan faktor lain di luar kendali kebijakan moneter terhadap kenaikan harga," kata bank sentral dalam sebuah pernyataan.
Analis InTouch Capital Markets Ltd., yang berbasis di London, Piotr Matys mengatakan bank sentral tidak memiliki kredibilitas yang cukup untuk membuat investor percaya bahwa siklus pelonggaran akan dihentikan sementara.
"Pernyataan dari Presiden Erdogan akan menjadi penting bagi pasar untuk menilai dengan benar apakah bank memang dapat menahan diri dari pemangkasan suku bunga lebih lanjut pada paruh pertama tahun depan," kata Matys.
Baca Juga
Erdogan berjanji bahwa Turki bakal bisa menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan oleh volatilitas mata uang dan kenaikan harga yang berlebihan dalam periode waktu yang pendek.
Lira terdepresiasi sebanyak 5,7 persen mencapai rekor terendah hingga 15,65 per dolar AS setelah keputusan bank sentral dan diperdagangkan turun 4,5 persen pada pukul 16.00 waktu Istanbul.
Dalam pernyataannya, otoritas moneter berjanji untuk memonitor dampak kumulatif dari kebijakan yang diterapkan ini.
Perlu diketahui, keengganan Erdogan terhadap biaya pinjaman yang tinggi berkaitan dengan nilai dalam agama Islam, yakni larangan terhadap riba. Dalam pandangannya, produsen akan meneruskan bunga yang mereka bayarkan kepada pelanggan, sehingga mereka menaikkan harga.
Erdogan menyerukan untuk pinjaman yang lebih murah guna mendorong pertumbuhan ekonomi karena popularitasnya turun di tengah pandemi. Namun, harga terus melonjak dengan inflasi konsumen tahunan meningkat menjadi 21,3 persen per November.