Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Angkasa Pura I Pilih Strategi Recycling Aset

Dengan skema recycling asset, bandara –bandara yang saat ini dikelola oleh perseroan akan dikerjasamakan pengelolaannya oleh pihak luar.
Bandara Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara. /Dok. Angkasa Pura I
Bandara Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara. /Dok. Angkasa Pura I

Bisnis.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I berstrategi melakukan skema daur ulang aset atau recycling asset guna mengoptimalkan belanja modal atau capital expenditure (capex).

Direktur Utama AP I Faik Fahmi menjelaskan dengan skema recycling asset, bandara –bandara yang saat ini dikelola oleh perseroan akan dikerjasamakan pengelolaannya oleh pihak luar.

"Recycle itu kan memanfaatkan aset agar nilainya meningkat. Jadi tidak dijual asetnya, tapi dikerjasamakan sehingga nilainya naik," ujarnya, dikutip Rabu (15/12/2021).

Dalam menggunakan skema tersebut, setidaknya ada tiga bandara yang potensial dikerjasamakan, Faik menyebutkan ada tiga bandara. Pertama, Bandara Internasional Lombok, di mana terdapat lahan sekitar 550 ha yang bisa dikembangkan untuk mendukung ajang perlombaan MotoGP.

Sejumlah pihak pun telah melakukan penawaran dan menujukkan minat untuk pengelolan Bandara Lombok. Meski demikian, dia belum dapat mengungkapkan pihak yang berminat tersebut.

Selain bandara Lombok, lanjut Faik, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makkasar juga potensial untuk dikerjasamakan dengan pihak lain. Bandara ketiga yakni Ngurah Rai, Bali juga masuk dalam skema recycling asset perseroan. Namun, lanjutnya, penawaran Bandara Ngurah Rai menunggu pembukaan penerbangan internasional.

Menurutnya, tak memungkinkan apabila bandara Ngurah Rai, Bali dikerjasamakan dalam kondisi yang tengah sepi penumpang internasionalnya.

“Nah, nanti kita tunggu pada 2022, setelah mungkin terkait Omicron mudah-mudahaan tidak menimbulkan gelombang ketiga, kemudian turis mulai masuk, baru kita pertimbangkan. Jadi nggak mungkin kita akan melakukan kerja sama dengan kondisi yang masih kurang bagus," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper