Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Inggris, Bank of England, membuat kejutan dengan menaikkan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.
Langkah ini dilakukan meskipun masih ada kehawatiran soal lonjakan kasus virus corona akibat varian Omicron guna mengatasi laju inflasi yang mencatat level tertinggi dalam lebih dari satu dekade.
Dilansir Bloomberg, BOE memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 15 basis poin menjadi 0,25 persen. Bank sentral Inggris menjadi yang pertama di antara negara-negara kelompok G7 yang melakukan pengetatan moneter sejak awal krisis.
Poundsterling melonjak 0,8 persen sementara imbal hasil obligasi pemerintah Inggris 10 tahun Inggris melonjak 5 basis poin setelah keputusan tersebut. Pelaku pasar sekarang memperkirakan suku bunga utama BOE naik menjadi 1 persen pada bulan September 2022.
Kepala ekonom Inggris Barclays Fabrice Montagne mengatakan bank sentral diperkirakan akan menaikkan kembali suku bunga sebesar 25 basis poin pada Februari 2022 menyusul keputusan saat ini.
"MPC (Komite Kebijakan Moneter bank sentral) juga akan bersiap menurunkan neracanya dengan obligasi yang mulai jatuh tempo dari portofolionya pada awal Maret,” ungkap Fabrice, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (16/12/2021).
Baca Juga
Pasar saat ini memperkirakan kenaikan 20 basis pada Februari Februari, menyiratkan peluang sekitar 80 persen bahwa suku bunga akan naik ke 0,5 persen pada saat itu.
Kenaikan tersebut akan memungkinkan BOE untuk segera mengakhiri kebijakannya untuk menginvestasikan kembali kepemilikan obligasi pelonggaran kuantitatif yang telah jatuh tempo. Dengan ini, utang pemerintah sebesar 37 miliar pound diperkirakan bergulir dari neraca pada akhir tahun 2022.
Pejabat yang dipimpin oleh Gubernur Andrew Bailey memberikan suara 8-1 untuk kenaikan tersebut, dengan Silvana Tenreyro tidak setuju. Pembuat kebijakan mengatakan pengetatan yang lebih sederhana kemungkinan diperlukan karena inflasi diperkirakan menuju puncaknya sekitar 6 persen pada bulan April.