Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) mencatat adanya kelebihan stok (overstock) obat-obatan Covid-19 karena penurunan kasus di Tanah Air dalam beberapa bulan terakhir.
Direktur Eksekutif GP Farmasi Elfiano Rizaldi mengatakan perusahaan farmasi melakukan banyak produksi dan importasi obat terkait Covid-19 pada saat terjadi lonjakan varian Delta di Indonesia. Dengan adanya risiko penyebaran varian Omicron, dia mengaku industri farmasi dalam kondisi siap menyuplai kebutuhan obat.
"Posisi obat [terkait Covid-19] overstock. Saat ini stok masih banyak sekali, baik itu produk jadi maupun bahan bakunya, jadi kita sangat siap [jika ada gelombang ketiga karena varian Omicron]," kata Elfiano saat dihubungi Bisnis, Kamis (16/12/2021).
Elfiano menggarisbawahi, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO belum mengubah rekomendasi obat untuk perawatan Covid-19 dari varian Delta ke Omicron, seperti remdesivir, ivermectin, oseltamivir, dan lain-lain. Sehingga stok obat yang ada masih akan mengisi potensi kebutuhan jika terjadi lonjakan kasus berikutnya.
"Sesuai guidance dari WHO, belum ada temuan obat khusus varian Omicron," lanjutnya.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) Ganti Winarno Putro mengatakan stok obat terkait Covid-19 hingga kini masih terjaga ketersediaannya di seluruh jaringan outlet perseroan.
"Perseroan berkomitmen membantu pemerintah dalam penanggulangan Covid-19," kata Ganti.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunawan Sadikin mengumumkan kasus pertama Covid-19 varian Omicron di Indonesia. Pasien pertama tersebut yakni petugas kebersihan di Wisma Atlet yang dinyatakan positif corona pada 8 Desember 2021.
Dilaporkan bahwa pasien tersebut tidak mengalami gejala Covid-19 sama sekali dan kini tengah menjalan karantina di Wisma Atlet.