Bisnis.com, JAKARTA – Proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta–Bandung baru-baru ini kembali mengalami masalah. Pasalnya, ditemukan pergeseran alignment pekerjaan pier (pilar) di DK 46 dan harus dilakukan rework, serta pembongkaran untuk dibangun kembali sesuai dengan spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan.
Sayangnya, proses pembongkaran yang berlokasi di Teluk Jambe, Kabupaten Karawang, itu diwarnai insiden ambruknya pilar dan menimpa eskavator. Video yang memperlihatkan kejadian itu pun viral di media sosial.
Menurut Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang, kejadian robohnya pilar Kereta Cepat Jakarta–Bandung itu tidak akan mengakibatkan bertambahnya biaya konstruksi, karena masih menjadi tanggung jawab kontraktor.
“Tapi paling tidak akan mengganggu waktu konstruksi yang mungkin mundur,” ujarnya, Selasa (14/12/2021).
Dia mengaku tidak paham betul kejadian tersebut terjadi akibat kecerobohan dari pihak konsultan atau kontraktor. Namun begitu, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai pemilik proyek disarankan agar lebih ketat lagi dalam hal pengawasan konstruksi ke depannya.
“Mungkin perlu diangkat supervisor baru di luar Manajemen Konstruksi [MK] supaya pekerjaan tepat waktu, dan dalam MK tidak terjadi kesalahan lagi,” tambahnya.
Baca Juga
Sementara itu, PT KCIC terus mengebut proses konstruksi atau pembangunan proyek, meski sempat terjadi insiden robohnya pilar Kereta Cepat Jakarta–Bandung.
Sekretaris Perusahaan KCIC Mirza Soraya mengatakan, hal itu dilakukan mengingat jadwal operasional yang direncanakan semakin dekat. Saat ini, progres pembangunan juga sudah mencapai 79 persen.
Mirza menyebut, pihaknya masih fokus pada pengerjaan konstruksi dan harmonisasi kesiapan standar operasional prosedur (SOP) dengan kementerian dan lembaga terkait.
“Di tahun mendatang, karena masa operasional semakin dekat, fokus kami tentu saja mematangkan persiapan jelang operasional, sembari menyelesaikan konstruksi yang masih terus berprogres pembangunannya," ucapnya.
Dia menuturkan, saat ini fokus pengerjaan proyek oleh KCIC masih seputar penyelesaian konstruksi, khususnya tunnel, subgrade, dan elevated track.
Berbarengan dengan itu, lanjut Mirza, pihaknya juga mempersiapkan segala kebutuhan non-konstruksi yang menunjang aktivitas operasional, seperti peraturan-peraturan dan SOP dengan melakukan harmonisasi dan sinergi dengan Kementerian dan instansi terkait.
“Harapan kami, pembangunan dan persiapan operasional yang sudah kami rencanakan bisa berjalan tepat waktu, sehingga target operasional yang sudah ditentukan bisa terwujud,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dia mengaku, PT KCIC terus melakukan berbagai upaya percepatan untuk menjaga agar target operasional Kereta Cepat Jakarta–Bandung di akhir 2022 bisa terwujud.
PT KCIC juga menegaskan bahwa insiden robohnya pilar proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung di Karawang tidak berdampak pada biaya konstruksi, apalagi menyebabkan pembengkakan biaya.
Ditegaskan pula bahwa semua pengerjaan ulang atau rework, termasuk biaya dan kebutuhan yang dikeluarkan akan ditanggung oleh kontraktor, sehingga tidak menimbulkan potensi penambahan biaya dalam proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung, dan tidak akan menimbulkan potensi cost overrun.