Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan penghiliran crude palm oil (CPO) sampai dengan produk akhir untuk orientasi ekspor, masih penuh dengan tantangan.
Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi Gapki, mengatakan wacana pemerintah untuk menyetop ekspor minyak kelapa sawit mentah untuk mendorong penghiliran, perlu disertai dengan serangkaian strategi jangka pendek, menengah, dan panjang untuk meningkatkan daya saing produk hilir Indonesia di pasar ekspor.
Tofan menyebut komposisi minyak sawit mentah pada ekspor CPO Indonesia sebenarnya sudah minimal. Namun diakuinya bahwa sebagian besar dari postur ekspor CPO tersebut, masih dalam bentuk bahan setengah jadi.
"Sebesar 76 persen [ekspor CPO Indonesia] sudah dalam bentuk refine product, sudah bukan dalam bentuk mentah, memang bukan produk akhir," kata Tofan dalam sebuah siaran langsung, Senin (13/12/2021).
Gapki mencatat, hingga September 2021, total produksi CPO dan CPKO mencapai 38,14 juta ton, tumbuh tipis 1,11 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2020 sebesar 37,72 juta ton.
Dari jumlah tersebut, kontribusi ekspor mencapai 25,67 juta ton, dengan hanya 2,2 juta ton saja yang masih dalam bentuk mentah.
Baca Juga
"Sebagian besar, 19,2 juta ton itu sudah dalam bentuk olahan CPO, setengah jadi. Ini angka yang sangat besar," ujarnya.
Sementara itu, dari total produksi sepanjang tahun lalu sebesar 51,5 juta ton, 34 juta diantaranya mengalir ke pasar ekspor dan hanya 7 juta ton yang tercatat dalam bentuk mentah.
Tofan melanjutkan, jika yang didorong pemerintah adalah ekspor dalam bentuk produk hilir kelapa sawit, maka perlu upaya dan waktu yang tidak sebentar untuk mencapainya.
"Kalau sampai end product, kemudian ada brand-nya, ini adalah playing field yang sama sekali berbeda dan perlu strategi. Tantangannya bersaing dengan para produsen yang sangat menguasai pasar dunia. Apakah kita sanggup bersaing dengan mereka?" ujarnya.
Sementara itu, produksi CPO pada tahun ini ditarget 53,07 juta ton, tumbuh 3,04 persen dari capaian tahun lalu 51,5 juta ton. Adapun, pada tahun depan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memproyeksi pertumbuhan produksi mencapai 3,07 persen atau menjadi 54,7 juta ton.