Bisnis.com, JAKARTA – Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) atau TJ diminta dapat menjadi wasit pelayanan yang mengawasi seluruh persyaratan dan aturan main yang ditetapkan terhadap para operator kendaraan.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai selama ini TJ telah berperan ganda. Di satu pihak TJ menjadi pengawas dan penegak aturan pelayanan. Tetapi di sisi lain, TJ juga menjadi operator yang harus mencari keuntungan.
"Seharusnya BUMD Transjakarta [TJ] tidak usah ikut menjadi operator, tetapi lebih berfungsi sebagai wasit pelayanan yang mengawasi seluruh persyaratan dan aturan main sudah ditetapkan. Dalam melakukan pengawasan aturan main tersebut, TJ harus adil dan disiplin menerapkan aturan dan persyaratan yang ada," ujarnya, dikutip Minggu (12/12/2021).
Djoko menyebu, cukup para operator yang melakukan kontrak kerja dengan TransJakarta yang jadi pemain. Sementara manajemen, dapat melakukan tugas pengawasan seperti seharusnya.
Sebab bila TransJakarta ikut jadi pemain, sambungnya, bukan tidak mungkin pengawasan dan aturan main menjadi memiliki standar ganda yang bisa menjadi tidak adil. TransJakarta dalam melaksanakan tugasnya juga diakuinya menjadi ambigu.
"Kerja TJ sebagai wasit pelayanan menjadikan konsentrasinya buyar, karena harus terbagi dengan tugas sebagai operator," tambah Djoko.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang menilai perlu adanya revolusi manajemen TransJakarta secara total mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi belakangan ini.
Menurut Deddy, rentetan kejadian kecelakaan yang dialami TransJakarta merupakan preseden buruk bagi pelayanan angkutan umum massal. Manajemen bertanggung jawab mengembalikan kepercayaan publik agar kembali menggunakan angkutan umum.
"Banyaknya serial kejadian kecelakaan oleh bus TJ menjadi preseden buruk bagi pelayanan angkutan umum massal. Mendesak dilakukan trik marketing baru supaya masyarakat kembali tertarik menggunakan bus TJ," ucapnya.
Deddy menegaskan, perlu dilakukan revolusi manajemen total di tubuh TransJakarta. Bila perlu, diadakan pergantian direksi baru yang lebih segar. Sebab, buruknya kinerja keselamatan TJ adalah equal dengan buruknya pengawasan dari direksi sampai ke bottom management.
Lebih lanjut, dia menuturkan perlu segera dilakukan audit pada manajemen pengawasan, manajemen keselamatan, manajemen resiko, manajemen keuangan, manajemen SDM dan lainnya dalam tubuh organisasi TransJakarta.
Bahkan bila melihat kenyataan dari kecelakaan-kecelakaan TransJakarta sepanjang 2021, Deddy memandang perlunya dibentuk Direksi Keselamatan dalam organisasi Transjakarta yang hanya fokus dan konsentrasi terhadap tupoksi keselamatan.