Bisnis.com, JAKARTA — Keputusan ConocoPhillips untuk meninggalkan Blok Corridor masih menyisakan pertanyaan. Pasalnya, performa wilayah kerja penghasil gas bumi terbesar kedua itu bisa dikatakan masih menjanjikan.
Wilayah kerja atau Blok Corridor merupakan salah satu blok migas yang bernilai strategis mengingat besarnya produksi gas yang mencapai 1.100 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau setara dengan 12 persen dari total produksi gas bumi nasional saat ini. Adapun, produksi minyak dan kondensat sekitar 7.000 barel per hari (bopd).
Pada 2019, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi menyerahkan pengelolaan Blok Corridor ke ConocoPhillips, Pertamina, dan Repsol untuk jangka waktu 20 tahun mulai dari 20 Desember 2023 dengan skema bagi hasil kotor atau gross split
Kontrak bagi hasil WK Corridor merupakan kontrak perpanjangan dengan pemegang hak partisipasi ConocoPhillips (Grissik) Ltd. sebesar 46 persen, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Corridor 30 persen, dan Talisman (Corridor) Ltd. sebesar 24 persen.
Kala itu, Vice President Commercial and Business Development ConocoPhillips Taufik Ahmad mengatakan produksi dari Blok Corridor belum masuk fase penurunan (decline rate), setidaknya hingga 2021. Untuk menjaga kualitas produksi, ConocoPhillips telah menyelesaikan proyek suban compression.
Kompresor yang akan membantu menahan produksi agar tidak turun itu telah tersambung dengan peralatan dan gas sudah mengalir.
Adanya proyek Suban Compression dijalankan mengingat Lapangan Suban merupakan salah satu kontributor terbesar gas bumi dari Blok Corridor.
Saat ini, setidaknya ada lima lapangan minyak dan tujuh lapangan gas. Produksi minyak lebih banyak disumbang dari Lapangan Supat, Suban Baru, dan Rawa. Untuk produksi gas berasal dari Lapangan Suban, Sumpal, dan Dayung.
Taufik menambahkan tujuan proyek Suban Compression adalah untuk mempertahankan agar produksi dari lapangan tersebut tidak mengalami penurunan. Dia mengakui, upaya eksplorasi tetap dilakukan, tetapi untuk menjaga stabilitas produksi maka investasi tersebut perlu dilakukan.
“Tujuan Suban Compression kan untuk mengembalikan tekanan,” ungkapnya.
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sampai dengan 31 Desember 2020, produksi minyak siap jual ConocoPhillips mencapai 6.298 BOPD, sedangkan realisasi produksi gas bumi mencapai 952 MMscfd.
ConocoPhillips masih menjadi penghasil gas bumi terbesar kedua di Indonesia melalui produksinya di Blok Corridor. Realisasi produksi yang tercatat sepanjang periode tersebut sebesar 995 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).
Produksi dari ConocoPhillips itu bahkan melampaui, baik dari target work program dan budget 2021 yang disepakati dengan SKK Migas sebesar 758 MMscfd atau 109,6 persen maupun target APBN 2021 yakni 780 MMscfd atau sekitar 106,5 persen dari target.
Adapun, realisasi produksi minyak dan kondensat pada periode tersebut. Blok Corridor telah menghasilkan minyak sebanyak 7.014 barel per hari (BOPD) atau 108,6 persen dari target WP&B 2021 sebesar 6.458 BOPD dan 104,8 persen dari target APBN 2021 sebesar 6.691 BOPD.