Bisnis.com, JAKARTA — Investasi di industri plastik hilir diperkirakan akan mencapai US$500 juta atau sekitar Rp71,17 triliun pada tahun depan.
Sekjen Asosiasi Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan peningkatan investasi di industri plastik hilir seiring dengan pemulihan dan pertumbuhan permintaan.
"Investasi di hilir kecil-kecil sih, tapi menurut saya kalau pulih akan banyak juga. [Nilainya] Sekitar US$500 juta untuk regenerasi mesin-mesin di tahun depan," kata Fajar saat dihubungi Rabu (8/12/2021).
Nilai investasi tersebut, lanjut Fajar, akan mengalir ke penggantian mesin untuk menyesuaikan fluktuasi harga komoditas yang ikut mengerek harga bahan baku. Regenerasi mesin diperlukan ketika industriawan menggunakan bahan baku alternatif yang lebih efisien.
Selain itu, pelaku industri di plastik hilir juga tengah membidik pasar-pasar baru atau memecah market yang sudah ada. Pergeseran pola hidup dan gaya belanja masyarakat ditengarai menjadi pendorongnya.
Sementara itu, Fajar juga mencatat nilai investasi di industri plastik hulu dapat mencapai US$300 miliar sampai 2026.
"Tetap on track, di hulunya investasi cukup bagus dan lebih dari US$300 miliar sampai dengan 2026," ujarnya.
Direktur Eksekutif Federasi Kemasan Indonesia Henky Wibawa menambahkan sejumlah perusahaan fast moving consumer good (FMCG) mulai merogoh investasi besar untuk pengemasan, didorong naiknya permintaan dan tuntutan penggunaan bahan daur ulang.
"Investasi cukup menggembirakan. Investasi mesin untuk menambah kapasitas di bidang packaging lumayan besar, menambah teknologi baru, karena permintaan meningkat," kata Henky.
Tahun ini, Henky memproyeksikan pertumbuhan industri kemasan hanya di kisaran 3-4 persen, di bawah angka pertumbuhan organik 6 persen. Kendalanya, selain permintaan yang sempat turun karena pembatasan aktivitas masyarakat, juga harga bahan baku yang melonjak tajam.