Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) meyakini permintaan batu bara untuk kebutuhan domestik diproyeksi meningkat pada 2022.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia meyakini industri akan mengalami pertumbuhan mulai tahun depan. Perkiraan ini didasari dengan kondisi pandemi yang berangsur mereda. Sayangnya, ia tidak menyebutkan berapa peningkatan yang diproyeksi terjadi.
“Kalau industri berkembang, serapan listrik akan naik, batu bara akan semakin meningkat. Kita melihat kan ekonomi pasti akan lebih baik ke depan,” katanya kepada Bisnis, Kamis (2/12/2021).
Selama ini, konsumsi batu bara dalam negeri didominasi oleh pembangkit listrik milik PLN sekitar 80 persen. Lalu, 20 persen sisanya digunakan oleh industri seperti semen dan pupuk. Pada 2021, kebutuhan batu bara domestik diperkirakan mencapai 137,5 juta ton.
Sementara itu, Wakil Ketua APBI Hendri Tamrin mengatakan bahwa transisi energi yang terlalu cepat malah meningkatkan permintaan terhadap sektor batu bara. Pasalnya energi baru terbarukan belum dapat menutupi kebutuhan energi.
Di sisi lain, kondisi ini ditopang oleh tingginya harga gas di Eropa. Walhasil batu bara menjadi pilihan terakhir untuk menjaga ketersediaan energi di kawasan. Komoditas ini diketahui merupakan bahan bakar energi paling murah.
Baca Juga
“Tahun depan kita masih melihat kesulitan financing yang membuat produksi dari sisi suplai terganggu. Demand akan meningkat sekitar 5 persen,” katanya saat webinar Dampak Perubahan Iklim Ttrhadap Batubara, Rabu (1/12/2021).
Dalam beberapa tahun terakhir, Eropa kata dia, mengalami peningkatan kebutuhan LNG. Konsumsi gas di Benua Biru naik hampir 2 kali lipat. Data APBI menemukan bahwa saat ini kawasan itu mengonsumsi 80 juta ton LNG. Padahal pada 2018, konsumsi gas hanya sekitar 48 juta ton.
“Transisi yang sangat cepat ini membuat batu bara meningkat permintaannya dan impor batu bara akan lebih tinggi dari tahun lalu.”
Sementara itu dari sisi harga, APBI memperkirakan bahwa harga batu bara tahun depan masih tetap kuat. Saat ini, bursa perdagangan batu bara masih cukup fluktuatif dengan kisaran harga US$150 - US$170 per metrik ton.
Hendri bersyukur Indonesia memiliki sikap politik yang baik di mata dunia yang didukung pula dengan letak geografis. Hal ini membuat negara pengimpor batu bara melirik Indonesia sebagai pemasok utama. Beberapa diantaranya seperti China dan India.
“Industri batu bara perlu didukung semua pihak supaya diberikan satu environment yang sangat mendukung dalam arti kepastian investasi dan produksi,” terangnya.