Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana memperkirakan tingkat inflasi pada November 2021 akan mencapai 0,33 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Kenaikan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan inflasi pada Oktober 2021 yang tercatat sebesar 0,12 persen mtm.
Menurut Wisnu, peningkatan inflasi pada periode tersebut terutama didorong oleh permintaan domestik yang membaik.
Berdasarkan komponennya, indeks harga pada komponen harga bergejolak diperkirakan meningkat sekitar 0,01 hingga 0,1 persen mtm, di tengah permintaan yang meningkat dan pasokan yang cukup.
“Penyumbang inflasi terbesar adalah telur ayam ras dan minyak goreng, serta cabai merah,” katanya kepada Bisnis, Selasa (30/11/2021).
Sementara pada komponen inti, Wisnu mengatakan tarif transportasi juga mengalami peningkatan di tengah mobilitas masyarakat yang meningkat lebih tinggi.
Baca Juga
Di sisi lain, harga emas mengalami peningkatan 0,2 persen mtm di tengah meningkatnya ketidakpastian varian baru Covid-19, omicron.
Wisnu memperkirakan, tingkat inflasi inti pada November 2021 akan mencapai 1,45 persen yoy. Sementara inflasi secara keseluruhan diperkirakan sebesar 1,71 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Adapun, Bank Indonesia (BI) memperkirakan tingkat inflasi pada November 2021 akan mencapai 0,34 persen mtm atau sebesar 1,72 persen secara tahunan.
Penyumbang utama inflasi menurut BI, di antaranya komoditas telur ayam ras sebesar 0,10 persen mtm, minyak goreng sebesar 0,08 persen mtm, cabai merah sebesar 0,06 persen mtm, dan emas perhiasan sebesar 0,02 persen mtm.
Di samping itu, penyumbang inflasi lainnya adalah sawi hijau, bayam, daging ayam ras, sabun detergen bubuk, angkutan udara dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.
Sementara, beberapa komoditas diperkirakan mengalami deflasi, di antaranya bawang merah dan tomat masing masing sebesar -0,02 persen mtm dan -0,01 persen mtm.